Tiket Elektronik KRL


Media sempat heboh dengan rencana PT KAI untuk menerapkan tiket elektronik di jalur Serpong Tanah Abang. Saat itupun persiapannya begitu heboh, sampai-sampai Presiden RIpun turut meresmikan dan juga diberikan tiket elektronik.

Namun, biaya yang bergitu besar untuk persiapan ternyata gagal total. Saat ini peralatan untuk tiket elektronik praktis tidak dipakai. Ada beberapa alasan yang mendasar menurut saya kenapa program ini gagal

Alasan pertama

Sulit ada penerapan tiket elektronik, manakala masih ada 3 jenis KRL yaitu ekspress, semi ekspress, dan ekonomi (tambah 1 KRD). Kalau mau sukses seharunya cuma ada satu jenis KRL, yang paling pas ya semi ekspress

Alasan kedua

Stasiun KA di Indonesia tidak pernah bisa steril, penyebabnya jangan tanya saya, tanyalah Direktur Utama PT Kereta Api kenapa stasiun KA tidak pernah bisa steril

Alasan ketiga

Tidak pernah ada uji tuntas, misalnya sampai saat ini saya sendiri tidak pernah mendengar desain tuntas dari tiket elektronik tersebut dan proyek uji coba yang gagal di jalur serpong – tanah abang tersebut juga tidak ada monitoring dan evaluasinya

Alasan keempat

Dari beberapa negara yang pernah saya kunjungi yaitu Belanda, Hong Kong (China), dan Singapura, saya tidak pernah menemui tarif tunggal untuk beberapa stasiun pemberhentian. Artinya buat saya tidak adil, ketika saya berangkat dari serpong menuju pondok ranji, saya membayar tarif yang sama dengan orang lain yang berangkat dari serpong dengan tujuan sudirman

Alasan kelima

Ini agak spekulasi memang, dari awal memang tiket elektronik ini didesain untuk gagal. Kenapa? Karena praktek bayar di atas masih sering menggejala dan banyak juga dilakukan oleh kelompok kelas menengah yang menikmati layanan ekspress dan semi ekspress

Proyek ini layak untuk diteliti untuk menjawab pertanyaan adakah korupsi yang terjadi serta mengakibatkan timbulnya kerugian bagi negara? Ayo KPK, Kejaksaan Agung, dan BPK jangan ragu untuk memeriksa

Advertisement
17 comments
  1. Nazieb said:

    Kalo menurut saya, sebaiknya layanannya dulu yang diperbaiki, ndak usah aneh-aneh pake tiket elektronik segala. Lha wong seringnya penumpang pada naik di atap gitu, ya repot kalo disuruh pake elektronik gitu..

    Mohon maaf, hanya opini :mrgreen:

  2. Payjo said:

    Baru kemaren ke Stasiun Serpong, banyak yang berubah ternyata. Termasuk mesin untuk tiketnya sendiri. Stasiunnya lebih besar, tapi malah lebih seperti aula tak terpakai. Tempat duduk buat nunggu kereta aja nggak ada.

    Tiket elektronik lebih seperti melangkahi urutan dalam langkah-langkah menjadikan sistem tranportasi menjadi lebih baik. Melangkahi benar.

  3. Waaah… Ujung2nya di Endonesa pasti selalu korupsi…

  4. kombor said:

    Gatot lagi. Gatot lagi. Mulai sekarang orang nggak boleh dinamai gatot. Ganti saja sengan Suktot.

  5. Yari NK said:

    Alaaaa…. daripada bikin sistem tiket elektronik yg buang2 duit mendingan perbaharui tuh kereta atau tingkatkan sistem keamanan dan kenyamanan dalam berkeretaapi…….

  6. agoyyoga said:

    Mesti dicari root cause-nya kenapa gagal. Kalau menurut saya root cause-nya masih PR lama;- kemiskinan bangsa.

  7. Tiket elektronik, emm, Mungkin Proyeknya yang dikejar kali yaa, goalnya sih gimana aja lah, yang penting hajar broow

  8. anggara said:

    @nazieb
    bener mas

    @payjo
    mestinya urutannya gimana mas?

    @adit
    makanya kita harus berantas mas

    @kombor
    suktot apaan tuh kang?

    @yari
    sebenarnya kalau nyaman untuk kereta ekspress dan semi ekspress sih sudah kang, ya cuma itu masih belum cukup baik tingkat pelayanannya

    @agoyyoga
    gitu ya bu 🙂

    @yandi
    bisa jadi

  9. peyek said:

    sungguh negeri yang pandai berencana, tanpa pembuktian!

  10. Mas Anggara. mengharukan sekali salam perpisahannya di Milis Aliansi KUHP.. Rasanya ingin mengucurkan air mata saja. Emang mau pindah ke mana Mas Anggara??? Kapan kita akan langsungkan acara kita yang tertunda itu Mas..?? Kopi darat tidak jadi berlangsung karena banjir, daratnya sudah digenangi air. kalau nanti masih banjir juga, kita ganti aja nama acaranya dari kopidarat menjadi kopibanjir, kopisungai, kopiair atau kopilaut aja.

  11. anggara said:

    @peyek
    masih ada yang bisa dibuktikan juga koq kang

    @yance
    koq nulisnya disini yaa, kapan lagi yaa bisa, mas Yance aja yang ngundang gimana?

  12. 'K, said:

    ya atleast kita dah pura2 mencoba untuk menjadi lebih baik 👿

  13. anggara said:

    @jenderal bayut
    wah, koq malah pura-pura sih

  14. anggara said:

    @zulfikar
    maaf, malah kena om akismet, mungkin 🙂

  15. yang aku liat tuh, pemerintah ga punya masterplan terhadap sistem transportasi dan pelayanan transportasi di indonesia. jadi ya gt. antara satu program dengan program yang lain saling ga nyambung. suka-suka si pembuat kebijakan ajah. ga ada keberlanjutannya..

    asal tau aja.. sistem tiket terintegrasi elektronik di negara lain udah dari tahun 70-an. dan berkembang mulai dari sistem barcode, magnetik, smartcard sampe sekarang pada nerapin sistem RFID…

    masalah penerapan banyak… tapi mereka konsisten untuk merubahnya stahap demi stahap…

    itu yang kurang dari pemerintah kita…. kalah oleh banyaknya kepentingan macam2…

  16. anggara said:

    @deasy
    terima kasih atas pencerahannya bu

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: