Ahmadiyah dan Mengadili Keyakinan
Persoalan keyakinan di Indonesia memang susah untuk diukur derajat toleransinya. Ada diskriminasi disini, jika kelompok Lia Eden langsung menghadapi hukum pidana berdasarkan Pasal 156a KUHP, kelompok Ahmadiyah malah diproses melalui tindakan administrative terlebih dahulu.
Saya sendiri tidak menyetujui pandangan keagamaan dari kedua kelompok tersebut. Namun sepanjang kedua kelompok tersebut berusaha mencapai tujuannya dengan cara damai buat saya tidak jadi masalah. Kecuali jika mereka berusaha mencapai tujuannya dengan cara kekerasan, tentu harus diambil tindakan hukum terhadap kelompok-kelompok yang dianggap “sempalan” itu.
Tindakan melarang atau memberangus kegiatan suatu kelompok melalui keputusan politik menurut saya merupakan cerminan dari kekuasaan yang pongah dan tidak taat hukum. Lagipula kenapa dakwah tidak dihadapi dengan dakwah? Proporsi MUI menurut saya tepat, memberikan fatwa sesat, tetapi ya sudah cukup disitu saja, dan tidak perlu melarang orang/kelompok untuk melakukan aktifitasnya yang sah secara damai
Saya sendiri cukup heran, bagaimana caranya melarang keyakinan? Apalagi mempidana suatu keyakinan. Tidak akan pernah bisa, karena kalaupun bisa yang dihukum ya hanya badannya saja tetapi pikirannya akan tetap ada seperti hantu komunisme yang dilancarkan eyang Marx itu
menurut saya, ahmadiyah memang harus dilarang..asli aliran sesat !!
kalo gw sich berpendapat boleh2 aja aliran yg seperti itu. bukannya tujuan mereka ke Tuhan juga??? soal pandangan siapa yg menjadi nabi.. no comment tp bukannya nabi itu manusia juga???
saya sebenar beresiko dituduh menganut jaringan islam liberal begitu membela Ahmdiyah yang dizolimi..Sebenarnya siapa sih yang berhak memberi stempel ini murtad, ini baik, itu jelek, itu sesat dsb. Kita ? atas dasar keyakinan kita ?
Bukankah sama juga dengan ajaran Kristen yang mengatakan, ” Tak ada jalan ke Surga tanpa Melalui Aku ( Jesus ) ” tapi bukan berarti orang orang Katolik di Brazil atau di Philipina mengejarf ngejar minoritas muslim dengan alasan agama itu tidak sah.
Mungkin analaogi yang agak absurd, cuma sepertinya masalah keyakinan sepanjang tidak melanggar ketertiban umum, tidak mengajak bunuh diri masal, agak sulit untuk diterapkan pelarangan. Betul, bagaimana melarang keyakinan ?
Yup, selama tidak bertujuan dan bertindak kriminil kenapa harus diberangus. Toh kalo mang nggak tahan, lawanlah dengan dakwah juga.
Betul pak, keyakinan tidak bisa dilarang dan diberangus, apalagi dihilangkan. Karena sekali terbentuk suatu keyakinan maka yang bisa menghilangkannya hanyalah mereka yang memiliki keyakinan itu, dan bukan orang lain, pemerintah, ataupun siapa saja.
Boleh tidak, misalnya, ada sekte kristen yang dianggap sesat oleh PGI lalu PGI meminta Bakorpakem menilai sekte itu kemudian melarang seluruh kegiatan sekte itu?
JAI adalah Ahmadiyah Qadian yang dilarang oleh sebagain besar negara. Malaysia dan Brunei melarang sejak lama. Yang menerima adalah Inggris (negeri tempat Khalifah Ahmadiyah tinggal), Afrika Selatan, Kanada dan Amerika Serikat. Inggris tentu saja menerima Ahmadiyah karena Ahmadiyah ini mengebiri ajaran jihad dan menganjurkan orang untuk tidak melawan penjajah Inggris di tanah hindustan.
Sebenarnya Dakwah Ahmadiyah akan sulit masuk kepada kalangan yang sudah Islam karena siapa pun yang pernah belajar Islam akan sulit menerima nabi baru setelah Muhammad terlepas nabi itu membawa syariat atau tidak.
Saya sendiri memandang bahwa orang boleh percaya adanya Tuhan dan boleh tidak percaya. Silakan saja, menurut saya. Oleh karena itu, pasal UUD 1945 yang berbunyi “Negara Berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” harus dihapus. Pasal itu menyesatkan karena bisa menimbulkan hal-hal seperti yang kembali rame soal Ahmadiyah. Katanya negara kita bukan negara agama dan bukan negara sekuler (alias negara yang bukan-bukan). Lalu buat apa punya pasal seperti itu. Pasal yang menurut saya menegaskan bahwa dasar negara kita ini BUKAN Pancasila melainkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pancasila tidak diatur dalam batang tubuh UUD kita. Sebuah tindakan sangat ceroboh yang dilakukan oleh founding fathers dan orang sok tahu.
Founding fathers tidak memasukkan aturan mengenai dasar negara ke dalam batang tubuh sedangkan orang sok tahu menyebutkan bahwa dasar negara kita adalah Pancasila. Kalau orang sok tahu menyebutkan produk hukum di bawah UUD yang menegaskan Pancasila sebagai dasar negara, dia lebih sok tahu lagi. Bayangkan, hal sangat penting bagi negara, yaitu dasar negara, kok tidak dimasukkan dalam batang tubuh. Saya ragu apa benar para founding fathers dulu merumuskan pancasila untuk menjadi dasar negara. Jangan-jangan kesoktahuan kita saja yang membuat pancasila jadi dasar negara.
Kalau mau semua orang bebas beragama dan berkepercayaan atau tidak beragama sekalipun, jangan diam saja. Perjuangkan dong penghapusan pasal 29 ayat 1 UUD45 itu. Selama itu belum dihapus, negara kita akan punya agama resmi yang harusdianut agar kita punya KTP. Mau seperti itu terus? Jangan hanya berwacana, bertindaklah.
Saya sih sampai saat ini masih bersikap kritis terhadap Pancasila. So, bodo amat negara mau mengadili kepercayaan saya. Toh, kebetulan saya menganut agama resmi. Urusan yang menerima Pancasila tanpa bertanyalah yang begitu-begitu mah. Silakan konsekuen dong dengan dasar negara yang sampeyan terima yang katanya paling kondusif terhadap pluralisme. Mana buktinya? Di mana itu kesaktiannya? Silakan konsekuen dengan pilihan Anda. Sekali lagi, saya sih masa bodoh. Yang penting saya juga masa bodoh pada kepercayaan Sampeyan semua dan saya tidak mengusik-usik atau meributkan. Bodo amat Sampeyan mau bertuhan atau tidak, bukan urusan saya. Ya nggak?
Eh, perasaan tadi saya udah komen disini. Ketelan akismet kah ? 🙂
Cuma mau mengatakan bahwa itulah dilema negara kita. Saya setuju dengan bapak kalau keyakinan tidak dapat diadili dan dihukum, sepanjang itu adalah keyakinan dan keimanan. Tapi saya juga memahami apa yang dikatakan Kang Kombor bahwa sistem Ketuhanan yang ada disini justru membuat agama seakan-akan satu dengan negara, dan pemahaman keagamaan negara harus diikuti oleh warga negaranya. Implikasinya, kekuatan penekanan (dan juga aturan) negara dlm soal agama juga masuk kedalamnya.
@ Kang Kombor :
Pernah ada juga kasus seperti itu di Kristen. Misalnya aliran Children of God dan Jehovah Witnesses yang dilarang oleh kejaksaan agung. Itupun atas permintaan Ditjen Bimas Kristen karena dianggap sempalan Kristen.
Tapi, secara pribadi, saya tidak menyetujui pelarangan itu. Bukan dengan alasan bahwa negara memang berhak melakukan itu. Tapi dengan alasan pribadi bahwa mereka yang menyempal dari agama Kristen wajar saja dibiarkan, karena toh bukan hak saya mengadili keyakinan mereka. Biarkan “yang lebih berhak” yang mengadili mereka. Dan dalam pengertian saya, “yang lebih berhak” itu bukanlah negara ataupun siapapun juga.
Itu pandangan pribadi.
saya terkadang merasa capek ngomongin soal umat beragama (khususnya di indonesia). memuakkan.
Barangkali debat ini adalah bagian dari debat yg lebih besar yaitu reformasi di dalam agama Islam. Khususnya apakah agama Islam saat ini sudah sempurna dan tidak perlu melakukan langkah2 reformasi atau apakah ada perubahan yang cukup signifikan di dalam masyarakat selama 1400 tahun terakhir ini bahwa mungkin saat ini ada perlu untuk belajar tentang persektif baru yang sesuai dengan zaman modern ini…just a thought!
Selain itu kalau mau melarang, ya melarang aja…tapi pertanyaan saya adalah apakah pikiran bisa diatur dan dilarang? Selanjutnya siapa aja yang akan rekruit untuk menjadi polisi pikiran? Nah, paling tidak Ahmadiyya ini gak akan berhenti tapi kegiatan menjadi kegiatan yang harus “underground”…
Wah, kita satu frekuensi rupanya.
Aku juga menulis artikel dengan semangat yang sama. Bisa dibaca di :
http://ayomerdeka.wordpress.com/2008/04/23/negara-tidak-berhak-membubarkan-ahmadiyah/
Terima kasih
Ayomerdeka!
@hawee
terima kasih atas pendapat anda
@ben
nah, pendapat anda malah bertentangan dengan @hawee 😀
@iman
itu dia, saya juga bingung bagaimana caranya melarang keyakinan, saya pikir sepanjang ahmadiyah melakukan “dakwah”nya secara damai ya biarkan saja
@danalingga
sepakat mas
@pyrrho
terima kasih atas pendapatnya, maaf ketelan akismet
@kang kombor
terima kasih atas bahasannya yang panjang banget, sungguh telah melengkapi wacana di postingan ini
@teguh
pengalaman pribadi ya bang he…he…he…
@rob
buat saya sih Islam sudah sempurna namun tafsirnya selalu harus menyesuaikan keadaan terkini. saya sepakat akan susah untuk melakukan pelarangan dalam pikiran, dan aktivitas yang underground sebenarnya menurut saya jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan aktivitas yang terlihat
@robert
terima kasih
bwt saudaraku yg mengaku muslim
assalamualaikum
semoga Alloh menjaga kalian.
jika anda tanya; siapa yg berhak menentukan aliran ini benar ato slh, murtad ato tdk jwbny qur’an dan hadits. sdh pernahkah kalian membaca mengerti keduanya? jika sdh saya yakin klian ga akn ngomong sembarangan, gak akan mencaci MUI yg sedang berusaha mempertahankan kemurnian agama ini dr penyesatan. teman, saya setuju jk kyakinan hrs dhormati. tp saya gak sependapat dengan kelompok yg mendompleng keyakinan yg sudah sempurna, lalu menyelewengkannya kemudian berlindung dibalik toleransi untuk tetap eksi
saudaraku seiman. nabi palsu sudah ada sejak khalifah abu bakar, beliau salah satu sahabat yg djamin msk surga. saat beliau tau ada nabi palsu (mirip dg kasus ahmadiyah) beliau lgs menyerunya untuk bertobat, saat kelompok ini ttp gak mau tobat, abu bakar menGirim khalid bin walid (si penakluk yerussalem) buat memberantas klpk ini. abu bakar aja yg mrp sahabat terbaik nabi bukannya tak menghargai toleransi keyakinan, tp beliau berusaha melindungi Islam dr rongrongan dan penyesatan.
klo ada muslim yg bpendapat qur’an perlu di reformasi, saya yakin otak kalian yg sdh rusak perlu dikeluarkan n dganti baru. n saya yakin org tsbt belum pernah blj n mencoba memahami islam. Qur’an kitab yg transparan, siapa saja boleh Bc, g’ ada yg ditutup2i, dan yg menyimpang pasti tampak dlm qur’an
Bagaimana bs disebut muslim kalau Gak memenuhi rukun iman, rukun islam??
agama bukan cm persangkaan kita, klo ga prnah blj jgn suka men-judge.
Buat tmn non muslim
tolong biarkan kami menyelesaikan mslh kami. biarkan kami menjaga agama kami dr penyimpangan. kami tidak pernah memprotes perlakuan kalian ketika kalian mencap suatu aliran di agama kalian sesat.
prinsip kami, kami akan menghormati keyakinan umat agama lain selama mereka menghormati keyakinan kami, tapi kami tidak akan mentolerir sEtiap kelompok yg berusaha menyelewengkan kemurnian agama kami.
Yg kami minta cuma Ahmadiyah kembali bertobat, kalau gak mau silahkan menjadi agama sEndiri tanpa mengaku sebagai muslim.
klo ahmadiyah mjd agama sendiri kami yakin umat Islam ga’ bakal mengganggu.
saya fikir pelarangan ahmadiyah di indonesia sama halnya dengan pelarangan beredarnya film the Da Vinci Code di beberapa negara. permasalahan sekte atau aliran-aliran yang menyimpang dari mainstream agama tidak hanya terjadi dalam Islam. Pelarangan penayangan ataupun peredaran The Da Vinci Code memperlihatkan adanya kekhawatiran pemuka-pemuka kristen dan katolik seandainya para pengikutnya mempercayai ajaran2 kristen yang jauh melenceng dari mainstream. Pendapat pengarang bahwa ternyata Yesus menikah dengan Maria Magdalena sama halnya pendapat para pengikut ahmadiyah bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi setelah Muhammad. Atau, sama halnya dengan keyakinan Kristen yang tidak mengakui adannya nabi setelah Yesus. Sementara dalam Islam, masih ada Nabi Muhammad setelah dalah Nabi Isa, yang dalam keyakinan kristiani dianggap sebagai Yesus. Fakta penolakan nabi Muhammad oleh pengikut isa sama halnya dengan penolakan umat Islam terhadap aliran Ahmadiah. Pertanyaannya… Kalau faktanya, di beberapa negara, pemerintah melarang sekte-sekte yang menyempal dari mainstream kristen, salahkah umat islam di Indonesia menuntut pembubaran Ahmadiyah? Saya kira umat kristen pun akan berang seandainya ada sebuah sekte baru yang menganggap bahwa ada tuhan lain selain Yesus. Saya fikir, kita perlu berkaca pada diri sendiri sebelum memberikan klaim2 atas nama pluralisme dan demokrasi.
@zakky
terima kasih atas pendapatnya
@ana
terima kasih juga atas sumbangan pikirannya
“Tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah”.
Untuk menjadi seorang muslim kalimat itulah yang pertama kali diucapkan. maka baca, pelajari, renungkan dan jalankanlah perintah Allah yang diturunkan melalui utusannya tersebut yaitu Muhammad, dan semua telah sempurna dalam Al qur’an, dan hadit’s sebagai petunjuk pelaksanaannya.
dan apabila anda tidak dapat menafsirkan hal-hal yang belum pernah anda baca dan atau ketahui maka berdoa dan minta petunjuklah agar diluruskan jalan anda (sendiri) dan jangan menyesatkan orang lain, hati-hatilah kawan, koreksi dirilah kawan, kita ini tidak ada apa-apanya, jangan sombong dan merasa pintar dengan logika berfikir anda karena logika anda hanya dalam batas pengetahuan anda saja. he tolong ingatkan saya juga ya..
Saya merasa bingung dengan orang-orang yang berlatar belakang akademis seperti yang ada di JIL ini memiliki penafsiran-penafsiran terhadap Al-Qur\’an dan Hadist yang sangat radikal menurut saya, dengan pahamnya SEPILIS (Sekuler, Pluralisme dan Liberal) yang mana mereka ini sangat membela Ahmadiyah dan ada satu dari teman saya di kantor yang mengatakan bahwa Ahmadiyah ini menjadi salah satu dari 73 golongan dari umat nabi Muhammad SAW. yang mana secara harafiah ahmadiyah ini bukanlah Islam, bila kita kembali kepada Syahadat Islam yang mana bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dan tidak ada Nabi lagi setelah Nabi Muhammad SAW dan saya pikir masalahnya cukup simpel dan apabila Ahmadiyah menggunakan Agama Mirza atau Agama Ghulam itu tidak menjadi persoalan dan pasti tidak akan terjadi gejolak masyarakat yang meneror Jemaah Ahmadiyah. Memang setiap daerah di Indonesia terus terjadi teror-teror terhadap Jamaah Ahmadiyah dan itu adalah resiko dari mereka yang \”membajak\” atau pelanggaran \”hak cipta\” (analogi) dari kata Islam tadi yang dilakukan oleh Ahmadiyah.
@yandi
terima kasih untuk kritik dan sarannya 🙂
@heriawan
saya bukan JIL pak 🙂
Sdr. Iman Brotoseno, seharusnya anda tidak boleh membuat kesetaraan masalah antara pemahaman Ahmadiyah tentang Islam dengan Orang-orang Katolik mengejar-ngejar Kaum Muslimin di Brazil atau Philipina, pengertian Kristen tentang jalan ke Surga melalui Jesus adalah sesuatu ajaran mendasar tentang Iman Percaya Kristen kepada Yesus sebagai Juru Selamat bukan soal Otak Jenius dan Pemikiran Idiot, bagaimana mungkin anda seolah-olah menjadi paham tentang Iman Percaya Kristen jika saudara sendiri belum paham dan percaya kepada Yesus. Ajaran “KASIH” dari Yesus tidak pernah mengisyaratkan penganiayaan umat dan pembakaran rumah Ibadah. Saya sangat meyakini bahwa analogi interpretasi anda itu “keliru besar” sebab tujuan akhir kita menuju akhirat bukan memaksa “orang tersesat” supaya masuk Sorga karena pemahaman kita sendiri tentang “agama”, tetapi bagaimana seharusnya kita benar-benar menjadi “bagian dari pewaris kerajaan Surga” nantinya.
Kesalahan persepsi pendukung Ahmadiyah
Sebelum memulai penjelasan saya, perlu saya perjelas bahwa segala macam bentuk anarki yang dilakukan kelompok tertentu (salah satunya FPI & LPI) adalah salah.
Menanggapi berbagai pernyataan yang dikemukakan oleh berbagai kelompok yang mendukung Ahmadiyah, menurut saya ada kesalahan persepsi. Mereka, yang mendukung Ahmadiyah, menyatakan demi keberagaman bangsa, demi kebebasan beragama dan berkeyakinan.
Perlu diketahui bahwa apa yang diyakini oleh Ahmadiyah, setelah diteliti dan dipelajari, adalah sesat. Karena mereka mengatasnamakan Islam, maka seharusnya Ahmadiyah dipahami sebagai bentuk pelecehan atau penghinaan agama Islam. Bukan demi kebebasan beragama yang dikumandangkan oleh para pendukung Ahmadiyah. Bila Ahmadiyah merupakan agama tersendiri, umat muslim akan sangat tidak keberatan.
Ahmadiyah bukan sekedar masalah berbeda pendapat dalam berkeyakinan. Bila saya berkeyakinan atau pemahaman tertentu saya yang berbeda dan menjurus sesat dari agama saya, maka itu hak saya. Itu dosa saya. Itu urusan saya dengan Tuhan saya. Tapi bila saya mengajarkan, berdakhwah, mengajak, berkumpul, berkelompok dan berorganisasi, maka kegiatan tersebut tidak bisa dibenarkan dan didiamkan.
Keyakinan Ahmadiyah bukan sekedar perbedaan pendapat seperti mengenai perbedaan hari Idul Fitri, yang menurut saya bukan merupakan suatu prinsip dasar dalam Islam. Perbedaan pendapat Ahmadiyah sudah menyerang dan merusak dasar-dasar prinsip Islam.
Kepada para pendukung Ahmadiyah atas dasar kebebasan beragama dan berkeyakinan, perlu di ketahui asal mula historis gerakan kebebasan beragama dan berkeyakinan. Menurut saya, semua itu bermula dari pertentangan dalam diri suatu agama di timur tengah sekitar abad ke 1 SM dan eropa sekitar abad ke 16, serta perbedaan pendapat di India sekitar abad ke 5 SM. Maka, jangan menyamakan (baik sadar ataupun tidak sadar) historis Islam dengan mereka. Setidaknya menjadi suatu rujukan dalam arti “kebebasan”.
Bahkan perbedaan antara Sunni dan Syiah yang bermula dari awal sejarah Islam merupakan perbedaan politik. Bukan prinsip-prinsip dasar keagamaan. Bukankah setelah nabi wafat, muncul nabi-nabi baru yang dibubarkan oleh Abu Bakar?
Saya bertanya kepada para pendukung Ahmadiyah, bila memang setelah diteliti dan dipelajari Ahmadiyah adalah sesat, dimanakah pemerintah dan hukum dalam membela suatu agama yang telah dilecehkan dan dihina? Dimanakah keadilan Pancasila dalam melindungi agama tertentu dari penghinaan dan pelecehan suatu kelompok yang menganggap dirinya bagian dari agama tersebut?
Saya mencintai Indonesia dan keberagamannya. Saya mencintai Pancasila yang saya anggap sebagai pemersatu dan penengah keberagaman Indonesia. Tapi, bisakah sekarang Pancasila melindungi salah satu warganya dari kelompok yang menyerang keyakinan warganya tersebut. Bisakah Pancasila, hukum dan pemerintah melindungi warganya (umat muslim) dari penghinaan dan pelecehan Ahmadiyah?
Ismail Daru H.
dariusjabbar@hotmail.com
@saur
buat mas Iman kan?
@ismail
tulisan ini tidak untuk membela ahmadiyah dalam konteks ajarannya
SKB itu apa? Kok bisa-bisanya mengekang kehidupan beragama, AKKBB hanya mengakomodir yang disini pihak minoritas JAI menjadi korban kok malah sebagai pemicu. AKKBB kalo dikatakan perpanjangan tangan dari pihak Asing tentunya harus ada pembuktian dulu. Lah wong orang Kristen saja Tuhannya diganti gak Yesus juga ga pa pa, malah salibnya dibalik sama pengikutnya, kata penganutnya sih itu penghormatan kepada Yudas dimana Kristen sebagai bad religion, orang-orang Kristen biasa-biasa aja tuh. Malahan bangga kalo Yesusnya itu cuma pake celana dalam. Kenapa kok bisa ribut2 ya sesama NU lagi, yang Gus Durlah Hasyim lah Habib lah. Ini akar masalahnya NU brarti perlu proses untuk pembubaran juga NU ini, karena selama ini meresahkan masyarakat.
saya salut dengan kerja Mas Anggara, saya harap perlindungan tidak sekadar kepada Ahmadiyah. Kami seringkali didiskriminasi oleh orang-orang Kristen mayoritas umumnya, mungkin belum mencuat tetapi suatu saat barangkali ada kemungkinan kasus seperti di Ahmadiyah karena pemahaman tentang Yesus kami berbeda, kami meyakini Yudaslah Yesus itu dengan berbagai penafsiran yang panjang dan cukup lama untuk mengambil keputusan itu. Mohon bagaimana agar kami bisa bergabung dengan AKKBB dan mendapatkan dana bantuan yang lebih besar seperti halnya AKKBB agar kami dalam mengembangkan sayapnya di Indonesia bisa lebih lancar.Smoga tuHantuHanmendukung usahadaripada Mas Anggara dkk, salam kedamaian dari (Yudas Christian Indonesia Council, Jl. Medan Merdeka Selatan, No. 7,
Jakarta 10110, Indonesia )
saya tidak setuju ahmadiyah dibubarkan. Alasannya melanggar kebebasan beragama dan HAM. Pemerintah hanya menuruti kelompok minoritas islam garis keras (FPI). Ini menunjukkan kekalahan negara atas kelompok radikal
@gus yohanes
terima kasih, cuma saya bukan anggota AKKBB tuh
@nugie
terima kasih untuk komentarnya
Pengen curhat :
Wooiiii….. orang2 ahmadiyahhhh….. loe semua pada KAMPRET…..
Cepet tobat loe semua…..
Ahmadiyah (pengikut Bangsat JAMAAH IBLIS LAKNATULLAH)……
Buruan loe tobat….
Prof. UIN (IPRIT) kurang ajarrr…. loe dasar gak tau malu….
gelar aja loe banyakin…… TAPI otak loe DONGO kaya KEBO gak punya otak….
loe berani2nya ngejual Islam cuma gara2 duit….. DASAR GEMBEL LOEE……
klo Homseks/lesbi halal loe cere in bini loe terus loe kawin deh ma bangsa loe Kambing2 gak tau aturan…… Prof. Uin yang durjanah Pliz klo ngomong tuh yang bener….. malu ma umur…..
bentar lagi lou mampus……
Gwe ahza, malu punya Ulama kaya loe…..
GEBLEG Loe tega2nya…. loe sesatin orang…..
Pliz tolong sampein nih memo bwat Rektor UIN yang BIADAB
@ahza
kenapa anda malah marah-marah disini yaa
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Saudaraku se-iman dan Saudara ku yang beda keyakinan…….apa kabar semuanya…..?
Ada gelak tawa, ada senyum pula dalam hati saya membaca artikel di atas beserta coment teman-teman semua.
1+1 = 2
Dwi Warna (Merah-Putih) = Bendera Indonesia
Ibu Kota Indonesia = DKI Jakarta
Seragam Pramuka Indonesia = Atas Cokelat bawah Cokelat Tua
Syahadat+Puasa+Zakat+Shalat+Haji = Islam
Muhammad sallalahu ‘alaihi wasallam = Nabi terakhir Umat Islam
Al-Qur’an = Kitab Suci Umat Islam
Nah, itu lah beberapa statement yang saya kemukakan, ADA YANG BERANI MENYANGGAH DISINI…..? Ada yang mau jawab dengan jawaban lain….? Apa alasannya jawaban lain ada itu…..?
Kalau ada yang bilang 1+1 bukan 2 hasilnya…bodohkah orang itu…..? Kalau besok ada yang mengibarkan bendera Merah dan Biru lalu berteriak “Saya Orang Indonesia…..!!!!!!!!!”, bodohkah orang itu…..? kalau ada yang bilang Ibu kota Indonesia adalah Tegal atau Pekalongan, bodohkah orang itu…..? Kalau besok ada anak Pramuka pakai seragam Pramuka warnanya Ungu dan Putih, bodohkah anak itu…..? Kalau besok ada orang yang Tidak melaksanakan 5 Rukun Islam, bodohkah orang itu…..? Kalau besok ada Pengakuan dari satu golongan bahwa ada Nabi baru dan lebih mulia dari Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam, bodohkah orang itu…..? Kalau nanti ada satu golongan membuat kita sendiri dan meyakini bahwa itu adalah kitab Umat Islam yang benar, bodohkah orang itu….?
Statement di atas, dan pertanyaan saya di atas….bukan bermaksud nge-gobok-goblokin anda semua yang mungkin beda jawaban dengan saya. Dan ternayta hati sayapun menganggap bukan ada niat untuk saling adu pintar disini. Konsep keagamaan, itu hal yang sudah pasti dan tidak bisa dirubah. Karena konsep keagamaan sudah termaktub, terjalin dan ter-realisasi dari masa Rasulullah ada DAN SEMUA UMAT YANG MEYAKININYA SUDAH SETUJU BAHWA ISLAM ADALAH 5 RUKUN ISLAM dan 6 RUKUN IMAN. Yang namanya Islam itu ya seperti yang anda ketahui bagaimana konsepnya, di luar konsep tersebut BUKAN ISLAM namanya. Apa anda sebagai seorang Ayah akan sangat marah kalau anak kandung anda tidak mengakui anda sebagai ayah kandungnya? Apakah anda akan marah sebagai Direktur PT Sosro yang productnya air teh berwarna coklat tua, lalu kemudian karyawan anda memproduksi Teh Botol Sosro warnanya ungu…..?
Apapun itu, yang udah di setujui secara bersama tentang suatu hal ya pastinya tidak bisa di rubah kan….? Apalgi ini adalah masalah keagamaan yang udah pasti A atau B nya…..
Saran saya sebagai Umat Islam berkewarga Negara an Indonesia yang plural ini, Ahmadiyah tidak boleh di bubarkan……TITIK…..tetapi satu hal, JANGAN PERNAH SESEKALI memakai embel-embel Islam di dalamnya, jangan bilang Muhammad itu bukan Nabi yang terakhir…jangan bilang Al-Qur’an bukan Kitab Suci Umat Islam, bla…bla…bla…karena hal ini adalah udah menjadi persetujuan bersama umat Islam dan udah mendarah daging ketetapan ini. Bukan hanya umat Islam, kalau besok ada satu golongan Nasrani lalu berkeyakinan dan menetapkan bahwa Yesus itu bukan Tuhan, Injil bukan kitab Suci….apakah Umat nasrani gak bakalan kebakaran jenggot seperti halnya FPI yang terus berjuang dengan caranya. Silakan ahmadiyah berdiri sendiri, bikin nama sendiri dan jangan pakai embel-embel Islam. Saya yakin, kalau besok ada satu golongan bikin agama baru misalnya seperti ini :
Nama agama : PEPAYA
Kitab : BUKU TATA CARA MENANAM
Tuhan : BIJI PEPAYA
Nabi : PETANI
Saya yakin gak akan ada yang melarang….silakan bikin sesuka hati mu agama di atas asalkan jangan bawa-bawa nama agama yang udah ada apalagi sok tau pake me-revisi agama yang udah ada. Bukan hanya FPI, saya orang yang pertama yang akan “nampar-in” orang-orang itu kalau mereka bawa embel-embel Islam.
Anda semua sadar gak…..? Masalah ahmadiyah ini tuh skenario dari orang yang ingin suasana umat beragama menjadi pecah dan tidak kondusif, pakai fikiran dengan jernih…..Ingat bahwa 1+1=2 dan itu adalah ilmu pasti tak akan menjadi lain jawabannya, Insya ALLAH.
Sekian dari saya, salam damai buat “Agama Ahmadiyah” dan AKKBB dan umat non Muslim lainnya. Agama di ciptakan untuk keselamatan kita semua dan bukan saling baku hantam.
Wassalam,
HARDIANSYAH
http://www.cintarasul.co.id
Allahumma shalli’ala Muhammad wa’ala ali Muhammad
@hardiansyah
terima kasih atas komentarnya
Allahumma shalli’ala Muhammad wa’ala ali Muhammad itu kalo sy baca seolah2 Allah ikutan bersolawat untuk nabi
DAJJAL lw semua yg berkedok kebebasan beragama….
tiba saatnya nanti akan terungkap yg mn yg bnr dan yg mn sesat…
AMIN…
Emang susah kalo ngomongin soal agama atau kepercayaan… ? emm yang pasti lo smua gak bisa bilang aliran ini sesat atau aliran itu sesat, apalagi mana yang benar atau mana yang salah. so manusia punya hak asasi untuk menentukan apa keyakinannya selagi tidak mengganggu keyakinan yang lain. peace – peace aja kan… yang pastinya klo penilaian gw gak ada yang sempurna di dunia termasuk juga ” agama / kepercayaan “.
1 aja pesan gw… jangan resek sama keyakinan orang ..ntar kena batu nya lo dijadiin provokator.
daripada resek me keyakinan orang yang gak ada gunanya… mending lo pada pikirin nasib lo sendiri nanti ntar gmana? masuk surga or neraka ho ho ho…. PEACE
@peace
wah, buat saya sih, itu cuma jadi urusan Tuhan
MENGAPA ALIRAN AHMADIYAH
DILARANG DI INDONESIA1
1. PENDAHULUAN
Islam adalah dien al-haq yang diwahyukan oleh Allah taala kepada Rasul-Nya yang terakhir Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. 48: 28) Sebagai rahmat bagi semesta alam “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS 21:107) Dan sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah ta’ala: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS 3:19)
II. FIRQAH HALIKAH
Islam adalah agama yang utuh yang mempunyai akar, dimensi, sumber dan pokok-pokok ajarannya sendiri. Siapa yang konsisten dengannya maka ia termasuk Firqah Najiyah (kelompok yang selamat) dan yang keluar atau menyimpang darinya maka ia termasuk firqah-firqah yang halikah (kelompok yang binasa), di antara firqah halikah adalah firqah Ahmadiyah, Liberaliyah, NII dll, kelompok ini suatu fahaman yang berkembang di Barat dan memasuki wilayah Asia Tenggara termasullah Indonesia, Malaysia dan Singapura dsb.
Kita sekarang harus waspada dan berhati-hati dengan banyaknya kelompok umat Islam seperti JIL, NII, Sekuler dan termasuklah aliran Kelompok Ahmadiyah yang sekarang telah dan akan berkembang di Indonesia. Walaupun pada Umumnya para ulama di dunia menyatakan bahwa Ahmadiyah itu bukan bagian dari Islam. Sebab doktrin-doktrin yang mereka ajarkan sudah terlalu jauh menyimpang dari aqidah Islam. Diantaranya apa yang telah diedarkan oleh Liga Fiqih Islam (Majma’ Fiqih Islami) tentang sesatnya doktrin Ahmadiyah:
III. MENGAPA AHMADIYAH SESAT
1. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa Allah SWT itu seperti manusia, Dia melakukan puasa, shalat, tidur, bangun, menulis, bersalah bahkan melakukan hubungan seksual (Maha Suci Allah).
2. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa tuhan mereka itu berkebangsaan Inggris, yang berbicara kepada Mirza Ghulam Ahmad dengan bahasa Inggris.
3. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa kenabian itu belum selesai dan masih akan ada nabi terus. Menurut mereka Allah akan mengutus nabi berdasarkan keperluan. Dan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi yang paling utama dan paling agung dibandingkan semua nabi yang pernah ada.
4. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa malaikat Jibril turun kepada Mirza Ghulam Ahmad dan memberinya wahyu. Dan ilham-ilham yang diterima Mirza seperti Al-Qur’an.
5. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa tidak ada Al-Qur’an kecuali yang dibawa oleh Al-Masih yang dijanjikan kedatangannya, yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Tidak ada hadits kecuali apa yang diajarkan Mirza. Dan tidak ada nabi kecuali di bawah wewenangnya.
6. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa kitab suci mereka diturunkan dengan nama ‘Al-Kitab Al-Mubin’, di mana yang dimaksud itu bukan a l-Qur’an.
7. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa mereka adalah pemeluk agama yang baru yang mandiri, dengan syariat yang independen, serta berkeyakinan bahwa kedudukan orang-orang yang menjadi teman Mirza Ghulam Ahmad seperti kedudukan para shahabat kepada Nabi Muhammad SAW.
8. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa kota Qodian itu seperti Mekkah dan Madinah, bahkan kota itu lebih suci dari keduanya. Tanah Qodian adalah tanah suci untuk melakukan ibadah haji.
9. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa bahwa perintah jihad tidak pernah ada
10. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa semua pemeluk agama Islam itu kafir, kecuali mereka yang masuk dalam Ahmadiyah. Mereka pun melarang pengikutnya untuk menikah dengan orang lain kecuali dengan sesama pengikut mereka sendiri.
11. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa hukum khamar, narkotika dan benda memabukkan lainnya tidak haram.
12. Ahmadiyah berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah anak tuhan.
13. Salah satu kepastian bahwa ajaran Mirza ini kufur dari Islam adalah ketika mereka mengaku memiliki kitab suci sendiri selain Al-Qur’an yang kita kenal sekarang ini. Mengingkari Al-Qur’an Al-Kariem sebagai satu-satunya kitab suci sudah cukup untuk mengeluarkan seseorang dari pemeluk agama Islam.
III.SIAPAKAH MIRZA GHULAM AHMAD ITU ?
Sekarang menjadi pertanyaan kita ?Siapakah Mirza Ghulan Ahmad? Dia lahir pada tahun 1839 di India, tepatnya di kampung Qodian, wilayah Punjab. Dan meninggal di usia 69 tahun tepatnya pada tahun 1908. Dia lahir dari sebuah keluarga yang agak kurang baik di mata rakyat India, bahkan dikenal sebagai keluarga pengkhinat bangsa atas penjajahan Inggris. Latar belakang kisah berdirinya paham sesat buatan Mirza ini memang lebih terfokus kepada proses penjajahan Inggris atas India serta tipu daya penjajah itu dalam meredam semangat jihad perlawanan atas penjajahan Inggris.
…… Inggris ingin memanfaatkan ketokohan Mirza untuk dijadikan salah satu kaki tangan penjajah dalam rangka mengendorkan semangat perlawanan bangsa India muslim dalam mengusir penjajah. Maka diantara doktrin utama saat itu adalah menafikan perintah jihad. Juga mendoktrinkan bahwa tuhan itu adalah orang Inggris dan berfirman dalam bahasa Inggris. Lalu dengan diback-up oleh beragam fasilitas penjajah, ajakan sesat Mirza ini dianggap efektif untuk meredam jihad. Sehingga pada periode berikutnya, Mirza semakin membabi buta dalam rangka mengobrak-abrik isi aqidah Islam, sebagaimana yang sudah disebutkan di atas. Maka dari hanya sekedar meredam jihad, paham sesat Mirza ini berkembang sampai dia mengatakan bahwa dirinya adalah nabi, bahkan nabi yang paling besar. Selanjutnya dia pun pernah menyebutkan bahwa dirinya adalah anak tuhan. Nauzu billahi min zalik.
Tentu saja para ulama di India marah besar terhadap ajaran sesat Mirza. Apalagi kita tahu bahwa India juga gudang para ulama besar dunia. Mereka pun sepakat untuk menyatakan bahwa Mirza dengan segala ajarannya itu sudah bukan muslim lagi alias kafir. Salah seorang ulama India, Syeikh Abul Wafa’ yang juga pemimpin Jamaah Ahlul Hadits pernah mendebatnya, menjatuhkan semua hujjahnya dan membuka kedoknya. Namun ketika Mirza tidak bergeming dari pendirian sesatnya, beliau pun menantangnya bermubahalah (saling bersumpah agar Allah menjatuh laknat kepada lawannya). Dan hanya berselang beberapa hari setelah mubahalah itu, Mirza pun meninggal dunia.
IV. SOLUSI : APA YANG HARUS KITA LAKUKAN
Kita semua sebagai umat Islam dan mengharapkan Kepada para pemimpin ajaran sesat ini, diminta untuk segera bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Kita punya kewajiban untuk meminta mereka merevisi kembali ajaran sesatnya, serta melarang mereka secara resmi mengajarkan ajaran munkar ini kepada siapapun. Untuk itu perlu ada sanki yang tegas dan bukan hanya sekedar basa-basi.Bahkan dalam sistem hukum Islam yang berjalan secara formal, kepada para penyebar ajaran sesat seperti ini diberi waktu tiga hari untuk bertobat. Bila tidak mau bertobat juga, hakim berhak untuk mengeksekusi mati karena kemurtadannya. Namun semua itu harus dalam koridor hukum yang berlaku secara formal, dimana hukum itu memang berlaku secara sah di dalam sebuah negara.
Mendiamkan saja ajaran sesat seperti ini berarti sama saja mendiamkan kezhaliman dan kemunkaran. Adalah menjadi kewajiban semua umat Islam untuk menghadang laju penyebaran ajaran sesat yang mendompleng agama Islam. Masyarat muslim dan juga non-Muslim harus mendapatkan informasi sejelas-jelasnya bahwa ajaran ini bukan ajaran Islam, bahkan bila ada seorang muslim yang ikut dan meyakini ajaran seperti ini, dia bisa keluar dari agama Islam.
Dan kita dahulu pernah menghukum mati seorang yang murtad menjadi kafir, yaitu Syekh Siti Jenar, yang mengajarkan ajaran sesat paham wihdatul wujud. Para pendahulu kita, yakni para wali songo telah sepakat menghukumi Jenar sebagai orang yang murtad dengan ajarannya. Maka darahnya halal dalam pandangan hukum yang berlaku saat itu….Memang ada beberapa oknum yang agak membela ajaran sesat ini. Mereka berlindung di balik hak asasi manusia. Sayangnya mereka tidak pernah berpikir bahwa agama Islam punya koridor dan batas-batas yang tegas untuk tidak boleh dilanggar. Pemeluk agama apapun akan marah bila agamanya diobrak-abrik seperti itu. Maka dalam hal ini, bukan tempatnya lagi bicara hak asasi. Tetapi waktunya untuk mempertegas antara yang hak dan yang batil. Seandainya oknum-oknum yang membela ajaran sesat ini masih punya iman dan masih takut kepada Allah SWT, pastilah mereka tahu bahwa ajaran ini memang sesat dan harus dihilangkan.Namun kita juga tahu bahwa semua tindakan yang dibenarkan dalam Islam tidak boleh sampai masuk ke wilayah anarkis atau melakukan beragam pengerusakan. Kalau sampai terjadi hal itu, ada kemungkinan karena sebagian masyarakat kesal dan tidak mampu menaham amarah. Sebab sebenarnya ajaran sesat ini sudah dilarang secara resmi oleh pemerintah, tetapi didiamkan saja beraktifitas, bahkan sampai bisa memperbanyak pengikut. Maka itikad baik para aparat negara dalam hal ini amat dipertaruhkan. Mampukah mereka bertindak tegas dalam melarang penyebaran ajaran yang sudah resmi sesat ini? Bila tidak mampu, maka tindakan anarkis ini memang mudah sekali terjadi. Meski bukan bemakna kami membenarkan tindakan anarkis. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayahnya kepada kita semua dan menghilangkan ajaran-ajaran sesat di dalam diri kita, keluarga dan umumnya umat Islam serta negeri kita. Amien Ya Rabbal ‘Alamin.
Makalah pelatihan manajemen masjid yang diselenggarakan oleh DMI Kelapa Dua Wetan Jakarta, di sampaikan oleh M.Ihsan Dacholfany, M.Ed pada tanggal 28 Juli 2007
Wallahu a’lam bish-shawab…..
semoga bermanfaat makalah tsb
alhamdulillah..makalahnya bermanfaat untuk menambah wawasan..thanks
Pendahuluan Tentang Ahmadiyah
Ahmadiyah adalah, sebagaimana kita katakan, suatu sekte messiah dalam Islam. Untuk menghindari apa yang saya sebut sebagai “cold bath syndrome” saya akan buat kata pendahuluan dengan singkat. Pendahuluan seperti ini mungkin dapat menghindari keterkejutan dan kebingungan yang dapat mengantarkan kita kepada asingnya dunia Islam di abad sembilan belas. Saya tidak memiliki gagasan berapa banyak di antara para pembaca yang pernah mendengar tentang Jamaah Islam Ahmadiyah. Kita akan lihat sedikit nanti mengenai seorang muslim yang shaleh, tinggal di Punjab, pada tahun 1889 mendakwakan diri bahwa ia adalah Mahdi dan al-Masih. Ini adalah titik perhatian utama, di mana kita kembali ke tahun 1876 ketika Mirza Ghulam Ahmad mendapatkan wahyu saat ia berusia 41 tahun. Saat yang dramatis itu, seseorang dengan kepribadian yang shaleh telah meraih suatu taraf kesadaran diri (self-realization). Sejak itu sampai waktu kewafatannya di tahun 1908, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang manusia yang dengan daya kenabian membawa pengikutnya kepada apa yang dapat dirasakan sebagai kebangkitan kembali Islam.
Ahmadiyah adalah gerakan pertablighan yang telah memiliki 10 juta (> 200 juta tahun 2007) pengikut mulai dari Indonesia dan Malaysia sampai ke Pakistan dan Afrika Tengah dan Afrika Barat serta Amerika. Saat ini, struktur organisasinya dipusatkan di Pakistan Tengah, di kota Rabwah. Pemimpin gerakan Ahmadiyah ini sekarang adalah yang ke empat setelah wafatnya Masih Mau’ud (Al-Masih yang Dijanjikan). Ia adalah Mirza Tahir Ahmad, (Sekarang Mirza Masroor Ahmad) salah satu cucu dari pendiri Ahmadiyah. Di awal tahun 1985, Huzur – panggilan sayang bagi Mirza Tahir Ahmad, pindah ke London sewaktu tekanan mulai mencapai puncaknya kepada Jemaat Ahmadiyah di Pakistan.
Landasan hukum bagi siasat pemerintah (untuk melakukan tekanan) yang pertama kalinya adalah dengan cara mengamandemen konstitusi yang diumumkan secara resmi tahun 1974, yaitu menyatakan orang-orang Ahmadi sebagai “non-Muslim”. Baru-baru ini di bulan April tahun 1984, pemerintah menetapkan suatu peraturan yang menyatakan bahwa kaum Ahmadi, di bawah ancaman hukuman, dilarang, secara langsung atau tidak langsung, untuk menyebut diri mereka sebagai muslim atau menyebut mesjid sebagai tempat ibadahnya atau menggunakan adzan sebagaimana kaum muslimin menggunakannya untuk tujuan panggilan sembahyang. Kaum Ahmadi tidak boleh menyebarkan: Dengan perkataan atau dengan menulis atau dengan mengatas-namakan agama mereka dengan maksud untuk mengajak orang lain (bergabung dengan Ahmadiyah). Mereka juga dilarang menggunakan istilah atau sebutan seperti yang dialamatkan kepada Nabi Muhammad atau ahlul bayt (keluarga)-nya untuk anggota masyarakat Ahmadi atau untuk orang lain.
John Esposito telah mempersiapkan sebuah buku berjudul Suara Kebangkitan Islam (Voices of Resurgent Islam). Buku ini dan buku-buku lainnya bermaksud memperlihatkan Islam sebagai suatu agama dengan energi baru dan sebagai suatu agama yang tidak lagi layak, jika itu pernah terjadi, memberi gambaran klise dari kekerasan yang tidak masuk akal dari perampok padang pasir. Sebagai pengganti dari penyederhanaan seperti itu, kita harus mencoba untuk mengerti bahwa Islam paling tidak memiliki fenomena kerumitan yang sama dengan agama Kristen. Agama yang berakar dalam Al-Qur’an dibungkus oleh penyederhanaan-penyederhanaan seperti itu adalah jelas tidak tepat. Tetapi bagaimana kita mengubah pola pikir kita sebagai pengamat, ilmuwan dan pengajar dalam konteks ini untuk mampu memahami keragaman pengalaman beragama yang mempersatukan komunitas manusia? Kita harus masuk ke dalam tradisi sejarah agama-agama, tapi kita juga harus membiasakan diri kita kepada kenyataan yang sekarang ada pada mereka.
Ahmadiyah adalah, jika ini motivasi kita, layak untuk dicermati. Melalui Ahmadiyah kita mungkin lebih dekat kepada Islam sebagai suatu fenomena sejarah dan sebagai kenyataan yang ada masa kini. Ahmadiyah memiliki keuntungan karena terdokumentasi dengan baik. Para pengikutnya berkeinginan dan mampu untuk menampilkan pergerakan ini sebagai suatu pengalaman pribadi dan sebagai suatu yang bersejarah. Mereka juga diyakinkan oleh perintah Al-Qur’an bahwa “tidak ada paksaan dalam beragama.” Dalam Ahmadiyah kita dapat menghargai keshalehan orang-orang Islam dan merasakan kelangsungan hidup dari Islam sebagai suatu kekuatan besar dalam dunia modern ini.
Pergerakan Ahmadiyah dalam Islam
Sebagaimana kita ketahui, pertengahan abad 19 masehi adalah masa bergaungnya keilmuan dan bergejolaknya kehidupan beragama. Ilmu pengetahuan alam dan sosial dimasak pada alat pembakar terdepan. Pada alat pembakar belakang, ketel dari tradisi agama-agama besar mulai mendidih.
Di samping perumpamaan tersebut, adanya transisi di abad 19 kepada keajaiban perubahan-perubahan dan kengerian akan abad 20 ditandai dengan pembaharuan-pembaharuan gerakan dan lahirnya kaum beragama di seluruh dunia. Bergeloranya pandangan-pandangan akan masa depan (apocalyptic visions) dan pemulihan kisah-kisah sejarah Kristen di dunia Barat telah dikenal dengan baik. Apa yang mungkin tidak diketahui dengan baik adalah kenyataan bahwa dunia Islam juga melihat gerakan-gerakan itu yang mana Al-Qur’an dan nubuatan-nubuatan tertulis (scriptural prophecies) lainnya membawa kepada pemenuhan nubuatan itu.
Keyakinan itu telah tersebar luas mendekati lintas sejarah karier kemanusiaan. Pendekatan ini, tentu saja telah diduga. Bagaimanapun juga seseorang mungkin membenarkan keyakinan itu bahwa suatu lintasan peristiwa sedang dibuat, apakah dengan analisis sejarah atau penafsiran pandangan-pandangan nubuatan, tidak terelakkan lagi.
Kita tidak dapat dan tidak perlu memutuskan dilema ini, apakah itu adalah suatu proses sejarah, campur-tangan Tuhan atau suatu kesepakatan rahasia dari dua penilaian yang membawa dunia kepada suatu kemelut. Rupanya, keyakinan yang tersebar luas dalam lingkaran tradisi keagamaan itu, dengan adanya zaman baru dari transformasi keilmuan, sosial dan politik juga disertai dengan penurunan nilai-nilai moral dan spiritual.
Dewa Molokh di zaman baru industri dan ilmu pengetahuan ini meminta manusia untuk mengorbankan hubungan-hubungan ketuhanan yang ada demi kesejahteraan dan kebangsaannya. Sebagaimana pandangan-pandangan yang membawa seorang manusia dalam masyarakat sekuler, desakan keagamaan di banyak bidang mencoba untuk bertahan. Hubungan perniagaan dan hubungan antarmanusia telah merebut tempat persekutuan (komuni) yang dilakukan dengan Tuhan. Tidak hanya dunia yang berubah namun perubahan adalah mengubah trend (kecenderungan), lamanya menggerakkan peradaban dan budaya yang tidak lagi dapat menahan tekanan peristiwa melebihi kemampuan adanya pilihan-pilihan perlindungan dan pemeliharaan keagamaan, tidak lagi dapat efektif. Sebagaimana zaman baru telah terbit, akankah cahaya tetap bersinar dalam dunia yang tak bertuhan yang telah mengorbankan kebaktian dan keshalehan kepada Tuhan untuk proses yang rasional dan kemajuan materi? Ada banyak yang tidak dapat memiliki kemungkinan itu.
Saya pikir, bagaimanapun juga, hal itu bukanlah suatu kecenderungan negatif yang menggerakkan Mirza Ghulam Ahmad kepada ramalannya. Adalah sama ragu-ragunya [bagi kita] bahwa Hazrat Ahmad hanya didorong oleh penilaian kritis dari peristiwa-peristiwa duniawi untuk menyatakan dirinya sebagai seorang Mahdi di zaman ini. Begitulah, ia bukan seorang pembicara terkenal tentang malapetaka karena adanya suatu tekanan perasaan (depresi), juga ia tidak mengkhayalkan arti wahyu seperti cara para wartawan (atau bahkan para sejarahwan) yang mencatat kecenderungan-kecenderungan yang ada sekarang di halaman-halaman opini pada surat kabar kita. Dari pandangannya dan darinya ia mendirikan pergerakan ini, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menjawabnya berdasarkan wahyu. Ia adalah seorang yang sangat shaleh. Nubuatan serta ucapannya [tidak hanya] terlihat sebagai ungkapan jiwa yang bersentuhan dengan trend dan peristiwa-peristiwa masa kini, namun lebih kepada ungkapan jiwa dalam persekutuan (komuni) dengan Tuhan yang hidup.
Dalam cita rasa ilmiah, kita kelihatannya mencari suatu keadaan yang mendasari perilaku seseorang. Dan selama lebih dari 100 tahun terakhir, para sarjana mencari-cari akar psikologis dari pengalaman beragama. Namun ada juga klaim yang dibuat dalam lingkaran gerakan keagamaan tertentu yang mungkin membawa kepada tidak adanya prasangka.
Apa yang Hazrat Ahmad maksud mengenai dirinya dan apa yang dimaksud oleh para pengikutnya tentang dirinya adalah cukup jelas. Perkiraannya mengenai rendahnya tingkat keshalehan dan kepercayaan kaum muslimin sebagai suatu penilaian tidaklah sesederhana itu pada kondisi sekarang bagi seorang peneliti yang peka. Pendakwaannya sebagai seorang nabi di Akhir Zaman ini terlihat tidak hanya psikologi khusus saja. Ia lebih merasa atau mengetahui dalam lubuk-lubuk hatinya bahwa ia “mendapatkan kedekatan yang sempurna dengan Tuhan Yang Maha Perkasa.“ Tidak dapat disangkal adanya landasan wahyu dari pengetahuan atas dirinya sendiri ini. Keyakinan atas kebenaran wahyu selalu merupakan landasan kekuatan bagi Ahmadiyah dan pada kesempatan yang sama sikap permusuhan ditampilkan kepada gerakan ini oleh para mullah (kyai) Islam ortodoks.
Namun mungkin kita harus kembali pada permulaan gerakan Ahmadiyah dalam Islam agar mendapat beberapa sentuhan asli yang dinamis yang telah memberikan rangsangan khas selama 100 tahun terakhir ini bagi 10 juta orang yang berasal dari daerah Dar al Islam (Negara Islam).
Pendiri Ahmadiyah lahir di sebuah kota kecil di Punjab pada tahun 1835, di kota Qadian yang berjarak tidak lebih dari 30 atau 40 mil sebelah Timur kota Amritsar, di mana terletak kuil emas kaum Sikh yang pada pertengahan tahun 1984 menjadi pusat perhatian dunia. Di sana lahir Mirza Ghulam Ahmad, di sebuah daerah di mana tradisi-tradisi agama kuno dan baru hidup dalam kebersamaan yang rapuh. Saat kelahirannya, Andrew Jackson sedang menjadi Presiden Amerika Serikat. Joseph Smith dua tahun sebelum kelahirannya telah mendirikan Gereja Latter-day Saints. Louis Phillipe saat itu merupakan pemerintahan monarki dari Prancis. Dua tahun setelah kelahiran Ahmad, Victoria menjadi Ratu Inggris dalam usia 18 tahun. Chopin sedang mencapai kejayaan dalam kariernya. Dan hanya setahun sebelumnya, Friedrich Schleiermacher meninggal dunia.
Bagaimanapun, sampai umur 41 tahun (1876) Hazrat Ahmad mulai menerima banyak wahyu yang akan membawanya kepada keyakinan/kepastian bahwa di dalam pribadinya telah genap datangnya Mahdi. “Setelahnya,” sebagaimana kata Zafrullah Khan, “telah diwahyukan kepadanya bahwa ia juga adalah al-Masih yang Dijanjikan dan benar-benar seorang nabi yang datang seperti yang telah dikabarkan dalam agama-agama utama di dunia.” Ia adalah “Juara yang berasal dari Tuhan dengan jubah pakaian semua nabi-nabi.”
Sejak pendakwaannya sebagai Al-Masih yang Dijanjikan sampai kewafatannya pada tanggal 26 Mei 1908, aktivitas kenabiannya tidaklah surut. Ia memimpin Jemaat Ahmadiyah yang pengikutnya mencapai ribuan orang. Di tahun-tahun awal gerakan Ahmadiyah, ia sendiri senantiasa tampil memimpin dalam pertandingan (perdebatan) dengan para pemimpin agama dan para pendakwa juru selamat yang membangkitkan rasa kepercayaan dirinya dengan bijaksana. Para penentang dan lawan-lawannya mulai dari para pemimpin Arya Samaj (Hindu) sampai pendeta Kristen di India dan di Amerika Serikat. Melalui semua konflik pribadi yang diembannya sebagai pemenuhan pendakwaan kenabiannya, ia terus membawa perintah-perintah wahyu yang bertujuan untuk kemajuan Islam dalam zaman baru yang sedang tampil di depan.
Semua energi kemanusiaannya, sebagaimana dipercayai oleh para pengikutnya, difokuskan kepada satu sebab bahwa kebangkitan Islam ini merupakan genapnya pemenuhan ruhani dari semua agama-agama dunia. Namun ia bukanlah pembawa amanat yang netral. Peranannya adalah disengaja di bawah kesadaran akan rencana Tuhan. Tidak hanya memberitahukan terpenuhinya nubuatan [para nabi], namun lebih kepada takdirnya untuk mewujudkan proses sejarah ketuhanan. Di antara banyak pernyataan Hazrat Ahmad yang membuktikan kepastian akan peranannya adalah: “… adalah jelas bagiku berdasarkan wahyu Tuhan bahwa Al-Masih yang kedatangannya telah dijanjikan di antara orang Islam sejak awal, dan Mahdi yang kedatangannya telah ditetapkan Tuhan di saat merosotnya umat Islam dan tersebarnya kekeliruan, dan akan dibimbing secara langsung oleh Tuhan, dan mengajak orang turut ambil bagian dalam perjamuan sorgawi, dan kedatangannya telah dikabarkan oleh Nabi Suci s.a.w. seribu tiga ratus tahun yang lalu, adalah aku sendiri. Wahyu Tuhan mengenai hal ini telah diberikan kepadaku dengan sangat terang dan terus menerus sehingga tidak lagi tersisa ruang bagi keraguan. Wahyu itu penuh dengan genapnya nubuatan-nubuatan agung yang benderang seterang siangnya hari. Seringnya [wahyu] dan jumlahnya serta kekuatan yang menakjubkan memaksa aku untuk mengakui bahwa itu terdiri dari perkataan-perkataan yang berasal dari Tuhan Yang Esa tanpa sekutu bagi-Nya, Sang Pemilik Kalam Al-Qur’an. Agar mendapatkan ridha Allah, aku dengan ini memberitahu kamu semua pentingnya kenyataan bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa, diawal abad ke-14 ini, memilih aku yang berasal dari-Nya bagi kebangkitan dan pendukung kebenaran ajaran Islam.”
Penulis telah diberitahu bahwa ia adalah Pembaharu (Mujaddid) zaman ini dan ketinggian ruhaninya memiliki kesamaan dengan ketinggian ruhani Yesus, putra Maria, dan keduanya saling berhubungan satu dengan lainnya serta memiliki kemiripan satu dengan lainnya.
Dan akhirnya: “Pertanyaan yang tersisa siapakah Imam Zaman ini haruslah, berdasarkan Perintah Ilahi, ditaati oleh seluruh kaum Islam, shaleh, penerima wahyu dan kasyaf. Tidak ada keraguan padaku untuk mengakui bahwa akulah Imam Zaman ini.”
Bagaimanapun juga, ia sangat saksama dalam melukiskan misinya: “Tapi aku adalah seorang rasul dan seorang nabi tanpa syari’at baru dalam beberapa hal Tuhan mewahyukan padaku apa yang tersembunyi, dan karena kelemahlembutan yang telah dilimpahkan kepadaku karena ketaatanku kepada Nabi Muhammad s.a.w., dan karena mendapatkan namanya.”
Ia berkali-kali tetap bertahan dengan pendapatnya bahwa Meterai Kenabian [khaatamul-anbiya’] tetap terpelihara. Ia adalah bagi Muhammad (Nabi pembawa syari’at yang memiliki Kitab) sebagaimana Yesus bagi Musa (yang memiliki hukum kuno, Messias telah datang tidak untuk membatalkan, tetapi hanya menggenapkan). Ini adalah penting, kemudian untuk menghargai ketulusan Ahmadiyah adalah dengan mencatat apa yang Ahmad tidak dakwakan. Musuh-musuhnya, bagaimanapun juga biasanya tidak berkeinginan menjadi sangat diskriminatif. Menurut mereka, pendakwaannya membahayakan pandangan yang ada mengenai akhir dari kenabian Muhammad. Hal itu mungkin terlihat sangat baik, namun pendakwaan Ahmad hanya untuk menjadi penafsir pesan Al-Qur’an yang terilhami dan pembawa pesan lahirnya kembali serta pembaharuan atas satu agama yang hakiki: “Bagi umat manusia tidak ada kitab lain kecuali Al-Qur’an, dan bagi bani Adam, tidak ada Utusan [Rasul] dan perantara lain kecuali Muhammad, yang terpilih s.a.w.” Ahmad adalah seorang nabi, bukan nabi [pembawa syari’at], Al-Qur’an [tidak ada Qur’an lain], Kitab [tidak ada kitab suci lain], [juga] bukan sebuah buku di antara banyak [buku], Islam agama asli yang dipulihkan oleh sokongan Ahmad.
Masih banyaknya kaum muslimin yang merasa gusar dan terhina, alasannya tidak diragukan lagi karena adanya kekolotan yang wajar atas keimanan, dan nampaknya akibat dari hal tersebut adalah keinginan untuk menyalah-artikan nubuatan-nubuatan-nya yang penuh dengan retorika. Pada kaum Kristen juga ditemukan alasan-alasan [yang serupa] untuk diserang. Paradoks besar orang Kristen dirasakan ada di Punjab sama halnya [paradoks] itu ada pada berbagai peristiwa lain yang bahkan lebih dari kesuburan tanah: pengharapan datangnya Yesus kedua kalinya menambah suburnya penyebaran agama Kristen, sementara kenyataan adanya kemungkinan kembalinya [Yesus] terancam dengan berkurangnya semangat yang membara akan keyakinan itu. Rupanya, sesuatu dirasakan lebih penting dengan menunggu datangnya seorang tamu daripada berbicara dengan tamu yang sekali datang ke ruang tamu Anda. Demikianlah dengan Hazrat Ahmad. Namun kita mungkin mengerti kritikannya, dengan adanya cara pendakwaan yang rumit.
Tidak hanya dia akui bahwa ia memiliki “kesamaan yang khas dengan Yesus“ namun pada sisi negatifnya, ia telah diutus “…bahwa aku akan melumpuhkan doktrin salib. Untuk itulah aku telah diutus,” ia melanjutkan, “untuk memecahkan salib dan membunuh babi.”
“Syirik“-nya kaum Kristen membawa mereka kepada suatu penafsiran yang aneh mengenai penyaliban. Anggapan terhadap eksekusi [penyaliban] Yesus telah diartikan sebagai suatu pengorbanan dirinya-sendiri untuk penebusan – Sebenarnya Tuhan membayar dirinya sendiri bagi suatu penebusan agar ciptaannya memikat dengan [memiliki] kerajaan-kerajaan dan kekuatan-kekuatan atas dunia ini. Bagi kebanyakan orang Islam gagasan itu mungkin tidak dapat dipahami; bagi orang Ahmadi gagasan itu menjadi benar-benar suatu laknat. Sebagai pengganti dari khayalan keagamaan itu, Ahmad menawarkan suatu skenario yang kelihatannya lebih – kemungkinan lebih, karena di sana buktinya dirasakan dapat diuji untuk suatu alternatif.
Di negeri Kashmir, dengan ibu kota Srinagar, sebuah kuburan telah ditemukan, melindungi jenazah dari seorang nabi kuno yang dikenal sebagai Yus Asaf. Ketika anggapan atas legenda ini bertemu dengan nubuatan Alkitab dan dengan membaca Injil-Injil secara teliti, kisah tradisional pasca penyaliban berubah secara radikal. Untuk memenuhi nubuatan bahwa Messias harus mengajarkan “domba Israil yang hilang,” Yesus pulih dari luka parah akibat penyaliban, pergi berpindah tempat ke arah Timur kepada domba-domba Afghan yang tersesat dan kepada suku-suku di deretan sebelah Utara India-Pakistan di mana tinggal suku-suku pengembara (nomad) yang sampai dengan hari ini budaya, agama dan sifat khas ras-nya terbuat dari bangsa Semit asli merupakan sebab yang dapat diterima seluruhnya. Di sana “Yus Asaf” menikah, melanjutkan pekerjaan kenabiannya, menjadi orang tua dan wafat dalam usia 120 tahun.
Keturunannya sampai generasi ke-65 masih tinggal di daerah sekitar makamnya. Dengan demikian Hazrat Ahmad telah “melumpuhkan doktrin salib” dan selanjutnya lebih memperbaiki pekerjaan Islam tradisional mengenai Yesus putra Maria. Kenyataan-kenyataan dan argumentasi-argumentasi yang disusun oleh Ahmad dalam bukunya Al-Masih di India, menjadi dan merupakan kisah terhindarnya Yesus dari kematian di atas salib serta perjalanannya ke India.
Kata-kata pembukaannya dalam buku itu layak dicatat sebagai petunjuk atas motivasi serta pernyataannya: “Aku menulis buku ini dengan maksud untuk menjauhkan pandangan-pandangan yang keliru dan berbahaya tentang kehidupan awal dan kehidupan akhir Nabi Isa a.s. – yang sudah ada di kebanyakan golongan Islam dan Kristen – dengan mengemukakan fakta-fakta yang benar, kesaksian-kesaksian sejarah yang meyakinkan dan yang telah terbukti, serta naskah-naskah kuno umat non-Muslim lainnya. Yakni, pandangan-pandangan yang dampak-dampak mengerikannya itu tidak hanya menghambat serta menghancurkan konsep Tauhid Ilahi, melainkan pengaruhnya yang sangat buruk dan beracun sedang tampak menggerogoti keadaan akhlak umat Islam di negeri ini.”
Jadi, pesan dari Pendiri Ahmadiyah menjadikan suatu perubahan serius dari ajaran Gereja sama halnya dengan suatu perbaikan atas pengertian Yesus bagi kaum ortodoks Islam.
Masih ada tantangan lain yang diajukan oleh Ahmad dan pengikutnya kepada pandangan ortodoks. Masih Mau’ud melarang jihad terhadap pemerintah Inggris. Beberapa menuduhnya memiliki motif untuk kepentingannya sendiri, meskipun perintah yang ada berlawanan dengan jihad dalam kasus tertentu memperlihatkan sikap pengecut secara umum dan kurangnya gairah terhadap Islam. Seperti biasanya suatu kasus, bagaimanapun juga, motif-motif yang sebenarnya berbeda dan didasarkan atas wahyu ketimbang perhitungan-perhitungan politis. Hazrat Ahmad menjelaskan larangan terhadap jihad dengan cara sebagai berikut: “Singkatnya, di zaman Rasulullah s.a.w., landasan jihad Islam adalah, bahwa kemurkaan Tuhan telah bangkit kepada kaum yang zalim. Akan tetapi hidup di bawah pemerintahan yang baik/ramah, seperti pemerintahan ratu kita, adalah bukan jihad namanya untuk membuat rencana pemberontakan terhadapnya, melainkan suatu gagasan biadab yang lahir dari suatu kebodohan.”
Ia selanjutnya menyatakan, dalam nuansa bahasa yang didorong oleh misinya: “Jihad zaman ini adalah berjuang untuk meninggikan kalimat Islam, untuk menyanggah keberatan-keberatan pihak lawan, untuk mempropagandakan keistimewaan-keistimewaan ajaran Islam, dan untuk menyatakan kebenaran Rasulullah s.a.w. di seluruh dunia. Ini adalah jihad sampai Tuhan Yang Maha Besar mendatangkan suasana lain di dunia ini. Semangat jihad dengan senjata kemudian dapat dialihkan menjadi “Jihad Akbar“ atau berjuang melawan hawa nafsu, menuju kepada disiplin ruhani yang akan memungkinkan masyarakat meraih ridha Tuhan, bangkitnya kembali Islam.”
Baiklah, mari kita teruskan. Namun tidak ada waktu yang cukup bagi kita dalam suatu karangan singkat, bahkan untuk suatu pengenalan saja. Kemungkinan motif dan kekuatan gerakan Ahmadiyah dalam Islam dapat dipahami dari satu pernyataan akhir Masih Mau’ud. Sehubungan dengan janji setia dari para pengikutnya, ia berkata:
“Hendaknya diketahui oleh semua orang yang berhati tulus yang telah mengambil janji Ba’iat bahwa tujuan dari perjanjian ini adalah dinginnya kecintaan kepada dunia dan dalam hati sanubari harus tumbuh kecintaan kepada Tuhan dan Rasulullah, dan jiwa dijauhkan dari dunia ini sehingga tidak timbul keraguan untuk perjalanan selanjutnya.”
Al-Qur’an menyatakan, “Tidak ada paksaan dalam agama.” Siapa saja yang secara sukarela mengambil perjanjian dengan nabinya Nabi [s.a.w.], Islam tetap menjadi agama yang masa depannya dapat dicapai. Masih sanggahannya Hazrat Ahmad, “Ini bukanlah suatu ungkapan baru.” Mahdi tidak menganggap untuk mengganti kedudukan mulia setiap nabi, misinya adalah hanya mengembalikan keimanan sejati dan kemurnian serta pengertian hakiki tentang Tuhan yang mana telah, sedang dan akan menjadi agama yaitu Islam.
Apa pun yang muncul di luar pergerakan ini, di dalam Jemaat Ahmadiyah para pengikutnya dapat menyatakan dengan kesadaran penuh mengenai diri mereka dan pendirinya.
Satu kalimat terakhir, untuk menghilangkan dugaan mengenai nama Gerakan ini adalah suatu penghormatan kepada egotism Masih Mau’ud. Kenapa gerakan ini asalnya dinamakan Gerakan Ahmadiyah dalam Islam? Perkataan Masih Mau’ud:
“Nama yang tepat untuk Gerakan ini dan yang mana kami lebih menyukai menyebut bagi diri kami adalah muslim sekte Ahmadiyah. Kami telah memilih nama ini karena Rasulullah s.a.w. memiliki dua nama. Muhammad dan Ahmad; Muhammad adalah nama sifat keagungan, dan Ahmad adalah nama sifat keindahannya…Tuhan telah mengatur kehidupan Rasulullah s.a.w., kehidupannya di Mekkah sebagai manifestasi dari nama Ahmad dan umat Islam telah diajarkan kesabaran dan ketabahan. Kehidupannya di Medinah sebagai manifestasi dari nama Muhammad, dan Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya menetapkan untuk menghukum musuh-musuhnya. Namun ada suatu nubuatan bahwa nama Ahmad akan dimanifestasikan kembali di Akhir Zaman dan orang itu akan muncul dengan menyandang kualitas keindahan sebagai karakter Ahmad dan semua peperangan akan berakhir. Untuk alasan inilah telah dipertimbangkan dengan baik bahwa nama untuk sekte ini sebaiknya Ahmadiyah, sehingga tiap orang yang mendengar nama ini menyadari bahwa sekte ini telah datang untuk menyebar kedamaian serta keamanan dan tidak akan berhubungan dengan perang dan perkelahian.”
Adalah benar-benar ironis bahwa suatu Gerakan yang menganjurkan perdamaian di antara kaum beragama dan, tentu saja, adalah arti dari nama agama Islam, harus dihilangkan kebebasannya dalam beribadah dan kepercayaannya serta misinya di negara asalnya dan di berbagai tempat lainnya dalam dunia Islam. Adalah juga sejarah yang mengenaskan bahwa ajaran perdamaian ini harus dipisahkan dari Islam itu sendiri.
Louis J. Hammann
Gettysburg College
sumber : http://www.alislam.org/indonesia/ahmadiyyat.html
Dipublikasikan oleh : http://www.ahmadiyya.or.id
Louis J. Hammann Ph.D.
Profesor Ilmu Perbandingan Agama Gettysburg College
Diterbitkan oleh: The Ahmadiyya Movement in Islam Inc.
2141 Leroy Place, N. W. Washington DC 20008
Brosur ini terdiri dari apa yang disampaikan oleh Profesor Louis J. Hammann pada Konferensi Tahunan American Academy of Religions yang diselenggarakan di Canton Upper State New York dan pada seminar di Universitas Pennsylvania, Philadelphia.
Profesor Hammann adalah seorang cendekiawan terkemuka dalam ilmu perbandingan agama; saat ini ia adalah seorang pengajar ilmu agama di Gettysburg College. Ia mendapatkan gelar sarjana dari Universitas Yale, Pennsylvania State dan Temple. Ia adalah seorang anggota perkumpulan Kristen (yang anti peperangan dan persumpahan), kolega dari Friend’s Meeting di Gettysburg College. Ia juga bergabung dengan United Church of Christ (Persekutuan Gereja Kristus).
Dalam mencari informasi mengenai Ahmadiyah, pada tahun 1983 ia datang ke markas pusat internasional Jemaat Islam Ahmadiyah di Qadian dan Rabwah. Ia telah mempelajari dengan saksama mengenai Ahmadiyah dan pendirinya Hazrat Mirza Ghulam Ahmad.
Ia telah mempelajari dengan mendalam dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan rumit dengan cara yang sangat gamblang. Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan telah memberikan ia kemampuan yang baik untuk menjelaskan apa yang dipelajarinya. Itu adalah pekerjaan yang paling mengesankan yang pernah ditulis dengan sikap netral, jujur dan adil oleh seseorang yang meneliti Ahmadiyah.
Syekh Mubarak Ahmad, Amir dan Rais-ut-Tabligh, Amerika Serikat Washington, DC
10 Juli 1985
@ Akbar : Good exposition for the truth !! Let them know the true and enjoy the real Islam in Ahmadiyya.
@peace : Wise man. God bless you! Salam.
Ahmadiyah dengan pandangan yang benar menurut hujjah Allah, hujjah Nabi Muhammad saw. dan hujjah Kitab suci-Nya adalah sebuah tunas sifat injil yang tumbuh dari tanaman Taurat Muhammad memenuhi Al Fath (48) ayat 29 dan Ash Shaff (61) ayat 6,7,8,14 seperti Musa (Taurat) dan isa (Injil), seperti sepasang terompah kiri dan kanan.
Salamun ‘alaikum daiman fi yaumiddin,
Soegana Gandakaoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.
Menurut hujjah Allah, hujjah nabi dan hujjah kitab suci Ahmadiyah adalah tunas sifat injil dari tanaman sifat Taurat Muhammad saw. akan semangkin tumbuh dan menjengkelkan orang kafir sesuai Al Fath (48) ayat 29, Ash Shaff (61) ayat 6,7,8,14, seperti kejadian Musa dan Isa Al Baqarah (2) ayat 78 dan sesifat dengan Kabil membunuh Habil dengan dua dosa menurut Al Maidah (5) ayat 27-32.
Salamun álaikum daiman ila yaumiddin,
Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3
Sebenarnya kasihan umat Islam ini, terus memaksakan diri agar Muhammad di akui di dalam Taurat dan Injil . Mereka mengatakan umat Kristen telah di tipu rasul Paulus yang ex orang Faris dan rasul Pauluslah yang mengangkat Yesus menjadi Tuhan .
Nah…. kenapa kok, umat Islam juga mau di sesatkan oleh orang-orang Farisi itu dan mau menjadikan Muhammad sebagai Tuhan menggeser kedudukan Yesus ? Dengan terus menerus memaksakan diri mengatakan bahwa Muhammad telah di nubuatkan oleh Taurat dan Injil, dimana dalam nubuatan-nubuatan itulah Yesus membuktikan bahwa Ia adalah Anak Manusia, seperti yang di tuliskan di kitab Daniel, yang adalah Raja dari Kerajaan kekal abadi, dimana nanti seluruh bangsa-bangsa dari berbagai kaum dan bahasa datang menyembah Dia .
Dari pada capek-capek mencoba menafsirkan sendiri, lebih baik mendengarkan apa yang di katakan Yesus sendiri kan ? Lagi pula apakah Muhammad pernah mengklaim bahwa Muhammadlah yang telah di nubuatkan oleh Musa dan Yesus ? TIDAK ADA ! Jadi mengapa pengikut Muhammad ini mau mendengarkan ocehan orang Farisi yang menghasut dengan mengatakan Muhammad lah nabi yang mereka nantikan ? Padahal mereka tahu dengan pasti Muhammad tidak memenuhi kreteria itu, sebab nabi yang di nantikan itu harus dari suku Yehuda keturunan nabi Daud, karena Ia nanti akan menduduki tahta Daud . Dan semua itu tidak ada pada Muhammad sebab Muhammad bukan dari suku Yehuda dan bukan keturunan nabi Daud . Sebenarnya pengikut Muhammadlah yang telah tertipu, sebab tanpa sadar mereka telah mengimani bahwa Muhammad itu Tuhan .
Yesus berkata, Yohanes 5:39, Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olenya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun KITAB-KITAB SUCI ITU MEMBERI KESAKSIAN TENTANG AKU (YESUS), 40 NAMUN KAMU TIDAK MAU DATANG KEPADA-KU UNTUK MEMPEROLEH HIDUP ITU . 46, Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentunya kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia (Musa) telah menulis tentang Aku (Yesus). 47 Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang di tuliskannya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Ku-katakan ?
Nah semoga saja apa yang di katakan oleh Yesus sendiri tentang siapa yang di tulis oleh Musa menjadi jelas dan tidak perlu lagi umat Islam memaksakan diri untuk mengatakan Muhammad yang telah di nubuatkan itu sebab hal itu hanya akan menyesatkan umat Islam sendiri . Gbu.
pancasila akan melindungi segala bentuk penistaan atas agama islam. pancasila akan melindungi perbuatan2 yg melecehklan islam dan pancasila bersatu dg kaum kafir dg mengatas namakan kebebasan beragama, humanisme, pluralisme hak azazi dll akan menyokong setiap gerakan penistaan thd ajaran ISLAM,
namun Alhamdulillah kebenaran Alquran sebagai wahyu dijaga Allah Tuhan yg Maha Agung dan sehingga dg nya kita dapat menjauh dari segala jenis kebatilan.
Ahmadiyah kalo tidak mau di bubarkan buat aja nama lain selain agama islam , bukan nama islam yang di pake. itu sama aja penistaan agama. karena AHMADIYAH ADALAH BUKAN AGAMA ISLAM. Islam sangat menghargai kepada agama agama lain seperti, Hindu, Budha, Kristen dll. tapi kalo Ahmadi ajarannya lain. tapi ingin di sebut moslem…..piye toh.