Susu Coklat
Saya penggemar coklat sejak kecil berikut juga susu coklat, tak heran kalau tubuh saya menjadi “sedikit montok” kalau kata Obelix
Suatu sore di Bandung, saya sedang menikmati secangkir susu coklat panas ditemani oleh seonggok mufin di sebuah kedai donat dari perusahaan waralaba asal negeri barat. Tentu saja dengan ditemani obrolan hangat dengan sahabat saya sejak masa SMU di Jakarta yang sedang berkunjung ke Bandung
Entah kenapa sobat saya ini selalu menyebut saya sebagai tukang gombal dan masuk dalam kategori playboy kabel. Saya tersenyum geli mendengarnya, karena saya, pada kenyataannya, sangatlah jauh dari kategori menarik. Dengan tubuh mirip Obelix dan wajah yang jauh dari keramahan, tentu sangat tidak mungkin saya masuk dalam kategori tukang gombal dan playboy cap kabel. Saat dia bertanya, bagaimana mungkin saya bisa menikah dengan mantan pacar saya itu, saya hanya menjawab dengan mantab, bahwa kami sudah mendalami konsep syukur dan sabar secara kaffah.
“Maksud loe apa sobat?” demikian ia mencoba memahami konsep syukur dan sabar. Saya lalu menjelaskan dengan susah payah bahwa konsep itu pada dasarnya adalah saya selalu bersyukur telah mendapatkan mantan pacar saya itu, sementara mantan pacar saya selalu dapat bersabar karena mendapatkan saya
Entah kenapa saat ini saya begitu merindukan Bandung, saya berada disana sejak 1997 hingga 2005. Saya rindu untuk kembali minum susu coklat panas pada malam hari di Bandung
This entry sent by Anggara from Nokia E 71 and powered by Sinyal Kuat Indosat. Thanks http://anggara.org
aku suka susunya… *some text missing*
Benar sekali, susu coklat apalagi diminum dimalam hari sangat nikmat, ini karena saya tinggal dibandung.