Kosong
Saat itu, aku terdiam waktu ku dengar kau berkata lirih. Hidup ini pilihan katamu, dan aku kembali terdiam. Jernih matamu terlihat perih meski senyummu terus tertancap. Jangan menangis kataku, tak mudah menghapus jejak meski tertimbun pasir.
Aku percaya kamu bukan pendusta katamu, tapi memilih menjauh adalah persoalan lain. Aku memilih diam dan terpaku kosong. Hari ini, saat kamu tertunduk, aku tiada kuasa untuk merengkuhmu.
Aku tahu mestinya kau bisa terlonjak senang saat ini, dan akupun ikut senang karenanya.
Tapi angin telah bertiup lambat menjauhkan waktu dan di titik itu kilometer tak pernah bergerak. Aku mungkin masih mampu membuat sketsa di atas angin, tapi tak pernah aku berani memimpikannya.
Masihkah kau mengingatnya saat tawa kecil itu menyala? Saat gairah itu meletup? Percayalah akan keabadian yang ditawarkan sang beruang, karena ia mampu menjaganya dan karena detik tak mampu menggangunya
Salamku untukmu selalu, semoga mentari pagi mampu menjagamu saat ini dan nanti…
This entry sent by Anggara from Nokia E 71 and powered by Telkomsel. Thanks http://anggara.org
keanehan cinta, mengapa alasan tidak dimengerti, mengapa komunikasi tidak berjalan saat semua perbedaan hilang, mengapa lupa untuk merubah suasana saat batas perasaan malu dilewati.
@sulaiman
terima kasih atas pendapatnya
Bravo utkmu bang anggara ! Insya Allah kita semua dalam lindungan dan Rahmat-NYA … Amien …
Luar Biasa !