Sahabat Yang Pergi


Suatu saat, tentu akan ada orang yang datang dan pergi dari kehidupan kita. Ada juga yang mampir sesaat dan pergi meninggalkan kenangan. Kepergian itu tentu tak identik dengan sebuah perpisahan, meski terkadang tipis bedanya.

Saat saya menerima pekerjaan ini, tak pernah terbayang oleh saya, jika kantor tempat saya bekerja ini benar – benar dari nol. Tak ada apapun kecuali kursi dan meja. Saat itu, saya memiliki dua teman yang sehari – hari akan bekerja sama dengan saya mengelola kantor tersebut. Saya tak akan bicara soal teman yang ketiga, namun dengan teman lain yang memang ditempatkan bersama saya sebagai comrade in arms di kantor ini.

Di awal, gambaran saya tentang teman saya ini adalah ia seorang yang pintar, namun di saat yang sama pada saat itu, ia adalah bagian dari kelompok developmentalis dalam dunia ornop. Gambaran itulah yang terpatri pada saya, di saat pertama kali mengenalnya. Dan, sebagai catatan saya tak pernah menaruh hormat terhadap kelompok2 developmentalis tersebut, yang menurut saya lebih mirip dengan birokrat ornop yang memandang segala sesuatu secara mekanis.

Namun, rupanya saya keliru, ia bukanlah masuk dalam kelompok developmentalis namun ia strukturalis, meski dalam kadar yang masih awal. Segera, saya merasa nyaman bekerja sama dengannya. Istilah kerennya, saya dengannya sudah bisa “tek-tok” dalam bekerjasama meski dengan sumber daya yang sangat terbatas.

Namun, di suatu hari, saya seperti tersambar petir, ketika ia mengungkapkan niatnya akan pindah bekerja ke negeri singa, alasannya masuk akal menurut saya. Meski di saat yang sama, saya juga enggan melihat kenyataan bahwa teman saya itu akan pergi.

Hari ini, setelah sejak April kami bekerja sama, saya tak akan lagi melihatnya di kantor. Saya tak akan lagi melihat senyuman dan keceriannya serta sapaan “selamat pagi”nya ketika masuk kantor. Saya juga tak akan mendengar lagi “curhat”nya yang panjang itu. Saya juga kehilangan teman diskusi yang sehat dan konstruktif. Ia, buat saya seperti roh yang menghidupkan suasana kantor yang sepi. Tapi toh, semua ini tak akan mencegah langkahnya. Saya berharap, ia akan berhasil menapaki jalannya sendiri, semoga.

Selamat tinggal sahabat, semoga engkau akan tetap menjadi orang saya kenal saat ini.

Advertisement
5 comments
  1. slaksmi said:

    Semoga menemukan teman strukturalis lainnya. 🙂

    • anggara said:

      @slaksmi
      halah, koq jadi aneh 🙂

  2. Adakalanya kita harus melepas kepergian seorang sahabat dekat dari kegiatan yang selama
    ini dijalankan bersama.
    Sebagai seorang sahabat kita harus merelakan dia melakukan hal terbaik baginya demi masa depan. Karena pada akhirnya kebahagiaan seorang sahabat adalah kebahagian kita juga.

    Selamat berakhir pekan.

  3. Firda said:

    hiks, jadi sedih ngbaca artikel ini… memang berat berpisah dengan sahabat, tapi kita harus ikhlas dengan kepergiannya untuk mencapai masa depan dia. Semoga suatu saat nanti bisa bertemu kembali ya?

  4. job said:

    Semoga dapat teman yang sama kaya dia lagi ya…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: