Surat Terbuka Untuk Presiden RI
Bapak Presiden
Tadi pagi, saat saya hendak ke kantor dan menggunakan KRL, saya berhenti di Stasiun Tanah Abang, saya bertemu ratusan pendukung Tim Nasional Indonesia dari Surakarta. Mereka bernyanyi bersama, sayang saya tak mengenali lagu apa yang mereka nyanyikan. Mereka terlihat begitu gembira, bernyanyi dan bersorak bersama puluhan para penglaju di stasiun tersebut
Bapak Presiden
Tahukah anda bahwa sore ini di Jakarta semua orang terburu – buru pulang untuk melihat Tim Nasional Indonesia bermain di GBK. Halte – halte TransJakarta dan Stasiun – stasiun KRL mendadak penuh sore ini, mungkin mereka sama seperti saya yang ingin buru – buru pulang.
Bapak Presiden
Mungkin anda sudah lama tak merasakan macet di Jakarta, tapi sore ini Jakarta begitu lenggang. Saya yakin banyak orang buru – buru pulang siang ini atau mereka bertahan di kantor – kantornya atau di cafe – cafe terdekat untuk menonton Tim Nasional Indonesia ”berperang”
Bapak Presiden
Saat saya berada di KRL, semua penumpang terlihat resah, saya yakin banyak penumpang ingin segera melihat pertandingan sore ini. Sayup – sayup saya mendengar lagu Indonesia Raya berkumandang di gerbong KRL yang saya tumpangi. Rupa – rupanya ada penumpang yang membawa Ponsel yang ada tivinya.
Bapak Presiden
Saat lagu Indonesia Raya berkumandang, saya melihat banyak penumpang KRL yang semakin gelisah. Saat berhenti di sebuah Pondok Ranji, banyak penumpang berebutan keluar KRL. Terus terang, saya jarang melihat orang berebutan untuk keluar pada saat pulang dari kantor. Biasanya para penumpang KRL berebutan untuk naik KRL pada saat pulang kantor dan santai pada saat keluar dari KRL.
Bapak Presiden
Saya berhenti di Stasiun Sudimara, dan segera bergabung dengan puluhan tukang ojek di stasiun tersebut untuk menonton TV di sebuah warung sederhana. Ternyata saya telat, sudah beberapa menit pertandingan di mulai. Saya lihat banyak wajah ketegangan di antara Tukang Ojek tersebut. Meski TV yang tersedia di warung tersebut hanya berukuran sekira 14 Inch, tapi tak lelah mereka berdiri untuk menonton tivi.
Bapak Presiden
Pada saat itu, semua yang menonton tak lelah memberikan semangat meski banyak peluang emas lewat, dan juga saat kebobolan gol. Tapi tahukah anda, banyak Tukang Ojek yang tak menyambut kereta datang untuk mengambil penumpang. Tukang – tukang Ojek itu lebih memilih menonton pertandingan di tivi.
Bapak Presiden
Kami yang menonton saat itu begitu gembira saat Tim Nasional Indonesia tetap bermain penuh semangat, dan berhasil memasukkan dua gol ke gawang lawan. Suasana di sekitar Stasiun seperti hendak meledak dengan seluruh kegembiraan. Tapi tahukah anda, mereka semua berkata bahwa kekalahan Tim Nasional Indonesia kemarin karena banyaknya acara – acara yang nggak perlu yang diadakan oleh beberapa orang, yang tentu sangat anda kenal dekat.
Bapak Presiden
Firman Utina, Bambang Pamungkas, dan kawan- kawannya di lapangan telah bermain dengan penuh semangat dan gembira. Saya yakin mereka semua bertarung untuk seluruh rakyat Indonesia dan bukan hanya mengejar kemenangan apalagi mengejar uang hadiah semata. Mereka bertarung bagai Banteng yang tak lelah mempersembahkan yang terbaik untuk rakyat Indonesia.
Bapak Presiden
Saya melihat wajah kegembiraan di antara rakyat miskin yang berkumpul di Warung tersebut, meski tak menjadi juara, mereka tetap gembira dengan kemenangan Firman Utina, Bambang Pamungkas, dan kawan – kawannya itu yang diperoleh dengan kerja keras. Tim Nasional Indonesia telah membangkitkan harapan untuk rakyat, bahwa Indonesia bisa jika mau bekerja keras. Sayapun yakin, Mafia Hukum akan dapat terberantas dengan cepat, jika anda dan para ”pembantu” anda bekerja lebih keras lagi bukan semata mengejar Pemilu tapi untuk kemenangan seluruh rakyat
Bapak Presiden
Tim Nasional Indonesia adalah pahlawan baru bagi saya dan mungkin juga bagi jutaan rakyat Indonesia lainnya. Tak ada salahnya anda menyambut mereka dengan karpet merah di Istana, bendera Merah Putih yang berkibar megah, dengan barisan Paspampres serta lagu Indonesia Raya yang berkumandang, dan dentuman meriam. Meski fasilitas itu biasanya untuk tamu agung dari negara asing, tak ada salahnya anda menyambut Alfred Reidl, Wolfgang Pical, Firman Utina, Bambang Pamungkas, dan kawan – kawan dengan kemegahan itu seperti sambutan anda kepada Presiden Barack Obama.
Bapak Presiden
Saya berharap anda menyambut Tim Nasional Indonesia dengan kemegahan karena mereka tidak membawa kekalahan, mereka membawa kemenangan untuk Indonesia dan tentu rakyat Indonesia. Saya berharap mereka tak hanya disambut oleh anda karena eforia kemenangan kemarin tapi juga saat ini.
Untuk Tim Nasional Indonesia, terima kasih telah membawa Garuda terbang tinggi, dan memberikan harapan untuk rakyat Indonesia
Pingback: Tweets that mention Surat Terbuka Untuk Presiden RI: -- Topsy.com
in the name of GARUDA.
TIMNAS GARUDA perlu diberi standing aplause.
dan disambut dengan sejuta kebahagiaan rakyat Indonesia.
echo that …
Indonesian team WIN every heart of Indonesians. I think it’s the best trophy ever
Got ur link from a friend. Good writing bro….
SETUJU……Mudah2an presiden kita membacanya… makin sedikit momen yg bisa membangkitkan Nasionalisme kita.. Apapun dapat Indonesia lakukukan asal mau.. BRAVO INDONESIAKU.. RIGHT OR WRONG YOU ARE MY INDONESIA……….JAYALAH SELALU..
Iyah…sepak bola memang berpengaruh banyak dan perlu perhatian lebih di sebuah negara sepak bola macam Indonesia.
Kemarin saya liat diskusi di televisi. Salah satu pembicaranya membanding bagaimana cepatnya birokrasi di Jerman, orang-orangnya lebih ramah, petugas bandara penuh senyum, supir taksi sangat bersahabat, ketika Timnas Jerman sedang bertanding atau setelah mengalami kemenangan. Secara tak disadari efek euforia sepakbola terbawa sampai ke kehidupan masyarakat bahkan urusan birokrasi.
So, seperti surat terbukanya Pak Anggara, sudah sepatutnya pak presiden memberi sambutan lebih untuk Timnas kita. 😀
@gardino
begitulah om, sekedar iseng menulis, selepas “kemenangan” TimNas 😀
Reblogged this on martua benhart sirait.