Membuat Pilihan Itu Sulit
Sulit, itulah kata pertama yang tergambar di pikiran saya ketika saya disodori oleh Mbak Siska Doviana untuk jadi salah satu Tim Juri dalam Hibah Terbuka Cipta Media Bersama yang disponsori oleh Ford Foundation. Sudah gitu, masih juga saya disuruh bikin short bio segala, sesuatu yang saya males abis bikinnya, dan yang pasti hal yang saya terus terusan menolak dan menawar kepada Mbak Siska Doviana adalah dimana saya harus diambil gambar agar muka saya yang sangat tidak keren ini nampang di situsnya Cipta Media Bersama
Kenapa saya pikir sulit, ya banyak faktor, lah saya aja keseringan suka bingung kalau di suruh buat proposal nah ini malah lebih parah, disuruh menilai konsep dan proposal orang. Apa nggak puyeng tuh hehehehe. Di Lain pihak saya sendiri ragu, apa iya saya memang benar – benar pantas untuk jadi salah satu anggota Tim Juri (Disini saya diminta jadi Tim Seleksi Akhir). Lah wong saya ini blogger dan pengacara ndeso koq ya bisa – bisanya disuruh menilai ide – ide hebat yang pasti muncul dalam kompetisi hibah tersebut. Apalagi banyak nama – nama besar yang jadi tim juri di Cipta Media Bersama. Tim Seleksi Awalnya saja, buat saya, orang – orang yang duduk disana sungguh – sungguh dahsyat, tidak hanya dahsyat di kiprahnya namun juga dahsyat di ide – idenya. Tim Seleksi Awal diantaranya adalah Mas Donny BU (dedengkot ICT Watch), Mas Margiyono (Koordinator Divisi Advokasi AJI Indonesia), Mas Irfan Toni Herlambang (Wakil Ketua Umum Wikimedia Indonesia), Mbak Adyani Hapsari Widowati (Asisten Program Media Rights Ford Foundation), Mbak Heidi Arbuckle (Program Officer Ford Foundation), Mbak Siska Doviana, dan Mas Yon Aryanto (Program Manager di ICT Watch). Nah di Tim Seleksi Akhir, orang – orangnya lebih “ngeri” lagi ada Kang Onno Purbo (Pakar IT Terkemuka di Indonesia), Mas Yanuar Nugroho (Pengajar/Peneliti di University of Manchester), Mas Yoris Sebastian (Chief Creative Officer Perusahaan OMG), Mas Johar Alam Rangkuti (pendiri Internet Data Center), Merlyna Lim (Pengajar dan Peneliti di Arizona State University), Mbak Nia Dinata (Sutradara dan Produser Film), Wimar Witoelar (Tokoh Media, pengelola Perspektif.net), Shinta Dhanuwardhoyo (Pendiri Bubu.com). Nah keder dan jadi rada minderkan saya, lah apa yang saya lakukan selama ini tentu saja belum ada apa2nya dibandingkan dengan anggota Tim Seleksi Akhir lainnya.
Menurut laman webnya Cipta Media Bersama adalah hibah terbuka yang mengajak individu atau organisasi memunculkan ide baru dan segar dalam praktek bermedia yang mampu membuat perbaikan media di Indonesia. Hibah terbuka ini menyediakan dukungan sebesar satu juta dolar AS bagi inisiatif-inisiatif yang dapat menjadi contoh praktek terbaik dalam kebhinekaan, kesetaraan, kebebasan dan etika bermedia. Dari sisi ini program hibah ini menarik, karena memungkinkan individu dan komunitas non badan hukum untuk berkompetisi “memasarkan” ide – ide baru nan segar dalam perbaikan media di Indonesia, oleh karena itu meski di saat yang sama saya harus menyadari begitu banyaknya kelemahan saya tapi saya sepakat untuk jadi salah satu tim seleksinya.
Dan akhirnya dari 800-an aplikasi yang masuk ke Cipta Media Bersama, telah diseleksi 35 aplikasi yang menurut Tim Seleksi Awal memenuhi kriteria dari Cipta Media Bersama. Saya yakin Tim Seleksi Awal bekerja sungguh keras karena mensortir 800-an aplikasi menjadi hanya 35 aplikasi yang layak dipertimbangkan oleh Tim Seleksi Akhir. Dan 35 aplikasi yang layak dipertimbangkan ini, para pengusulnya kemudian diminta membuat proposal baik naratif dan juga anggaran. Widih, tambah keder deh saya karena malah disuruh menilai proposal narasi dan anggaran #tepokjidat deh jadinya xixixixi.
Ok, skip ya, akhirnya rapat pertama Tim Seleksi Akhir dimulai (sorry saya lupa tanggal persisnya), dengan latar belakang yang berbeda – beda tentu kami punya perbedaan cara dan sudut untuk memandang suatu proposal. Banyak perdebatan yang terjadi di sana, dan yang pasti perdebatan berlangsung seru dan memanas di antara para anggota Tim Seleksi Akhir, saking seru dan tajam perdebatan dan diskusi berlangsung dari pagi sampai malam hari. Namun, untuk diketahui dan dicatat, ada tiga proposal dimana saya tidak ikut berdebat dan berdiskusi yaitu proposal tentang Human Rights Blogger Award, Independen Online, dan Mendorong Media Sehat dalam Pemberitaan Syariat Islam. Saya memilih abstain dan keluar dari diskusi itu, kenapa? Lah saya kenal baik dengan orang – orang atau organisasi yang mengirimkan proposal itu dan saya takut ada konflik kepentingan jika saya turut berdiskusi dan berdebat ketika membahas ketiga proposal tersebut. Untuk menghindari komplikasi yang tak perlu, maka saya memilih abstain dan sekaligus keluar dari perdebatan tersebut, baik di rapat pertama maupun di rapat – rapat selanjutnya. Dari Rapat Pertama itu, kami sepakat untuk mediskualifikasi 10 proposal, alasannya macam2 ada yang mundur, ada yang memang pengusulnya ditengarai dan diidentifikasi sebagai penentang kebebasan berekspresi sehingga bertentangan dengan tema yang diusung oleh Cipta Media Bersama. Ada yang memang hanya sekedar produknya untuk jualan dan lain – lain, intinya sih, syarat – syaratnya menurut kami tidak terpenuhi. Tapi di rapat pertama ini, sebenarnya kami sudah memilih 10 proposal yang ok dan tinggal revisi kecil saja baik dari sisi capaian dan/atau anggaran yang diminta.
Jadi sisa 15 proposal yang perlu dinilai lagi, untuk itu kami sepakat untuk mengundang ke-15 pengusul ini agar bercerita kepada kami tentang ide – idenya. Bahasa kerennya kami mengundang mereka untuk meyakinkan kami bahwa idenya patut dan perlu di dukung. Karena jumlah yang mau presentasi cukup banyak, maka Tim Seleksi sempat dibagi kedalam beberapa Majelis. Saya sendiri nggak ikutan Majelis yang membahas soal-soal film, bukan apa – apa masalahya idenya menarik dan yang jadi soal adalah sangat teknis yang tentu saja sama sekali tidak saya kuasai. Presentasi dari para pengusul tentu sangat menarik sehingga saya jadi terkagum kagum, koq bisa ya memikirkan ide itu. Idenya sederhana namun kuat dan menarik, itu yang terlintas di pikiran saya. Tentu saja banyak pertanyaan yang bersliweran dari tiap – tiap anggota Majelis kepada para pengusul itu, pertanyaannya biasanya sih berkisar pada capaian dan kemampuan serta kapasitas pengusul tersebut beserta anggaran yang diminta. Selepas sesi presentasi dan rehat sejenak, kami kemudian kumpul lagi untuk rapat menentukan proposal mana lagi yang bisa digugurkan. Keruwetan dan perdebatan panjang kembali terjadi, karena semua proposal tersebut pada dasarnya menarik tapi setidaknya setelah perdebatan panjang dan melelahkan akhirnya kami bisa sepakat untuk menggugurkan 2 proposal. Sedih rasanya, tapi ya itu keputusan yang diambil setelah perdebatan panjang. Jadi kami masih harus menilai dan memilih 10 diantara 13 proposal yang ada.
Setelah jeda beberapa hari dan komunikasi email yang intens, saya pribadi tersadar, bahwa ada capaian yang lebih besar yang hendak diraih oleh Cipta Media Bersama yaitu kebebasan, diversity of content, dan pluralisme. Berangkat dari hal itu, saya berpikir untuk tidak terlampau berdebat panjang di email, maka saya memutuskan, melalui email, untuk mengusulkan mendiskualifikasi tiga proposal yaitu Human Rights Blogger Award, Check My City, dan Kartunet. Bukan apa2, saya secara pribadi – meski berat, menilai ada yang jauh lebih penting ketimbang memperbanyak konten soal hak asasi di kalangan blogger. Walapun saya tidak ikut diskusi dan perdebatan tentang Human Rights Blogger Award, tapi saya juga membaca proposalnya dan saya kira sahabat baik saya itu pasti akan menemukan jalan lain untuk merealisasikan ide besarnya itu. Sementara Kartunet, menurut saya, teman – teman dari kelompok Tuna Netra yang mengusulkan proposal itu sama sekali tidak bisa fokus akan tujuan yang hendak dicapai. Meski saya sangat berharap dengan gerakan advokasi yang luas dan terarah serta tajam dari kelompok Tuna Netra tersebut, namun saya cukup kecewa ketika mereka tidak bisa fokus untuk mencapai tujuannya. Sementara Check My City, menurut saya pertanyaan – pertanyaan spesifik yang diajukan oleh kami malah tidak dijawab dengan baik, dan berfokus pada penyediaan alat.
Dan Rapat Ketigapun dimulai, ternyata usulan saya untuk mendiskualifikasi Human Rights Blogger Award dan Kartunet, malah tidak didukung oleh anggota Tim Seleksi Akhir yang lain, anggota Tim Seleksi Akhir lainnya malah memilih mendiskualifikasi satu proposal lain. Saya sendiri cukup kaget saat diberitahu bahwa Tim Seleksi Akhir sudah mendiskualifikasi 1 proposal, yaitu Independen Online, karena memang sejak awal saya tidak mau ikut berdiskusi dan berdebat karena saya memandang akan ada konflik kepentingan disana maka saya hanya mendengarkan penjelasan dari anggota Tim Seleksi Akhir lainnya tentang kenapa Independen Online di diskualifikasi. Perdebatan panjangpun dimulai lagi untuk membahas sisa 12 proposal tersebut. Proposal yang paling menguras energi untuk dibahas adalah Proposal mengenai “Portal Informasi 500 Radio di 400 kota se Indonesia” yang diajukan oleh KBR68H dan Check My City dari Yascita Dari perdebatan yang tajam dan seru dengan berat hati kami memilih untuk mendiskualifikasinya kedua proposal tersebut.
Satu hal yang jadi pelajaran buat saya, model hibah yang dikembangkan oleh Ford Foundationini menarik dan pantas ditiru oleh beragam lembaga donor di Indonesia, karena prosesnya dilalui dari bawah dan melibatkan partisipasi masyarakat melalui dukungan. Selain itu keterlibatan Tim Seleksi dengan berbagai latar belakang tentu menjadikan program ini menjadi sangat berbeda. Dengan segala kekuatan dan kelemahannya, saya pikir hal ini merupakan sesuatu yang baru dan perlu diperbaiki di masa depan.
Terlepas dari semua kekurangan saya dalam Tim Seleksi Akhir tersebut, saya mengucapkan Selamat kepada 20 pengusul proposal terpilih yaitu :
Mendorong Media Sehat dalam Pemberitaan Syariat Islam – AJI Banda Aceh
Advokasi HAM di Papua via Media Online – Aliansi Demokrasi Papua
Amboina Cyber Society – Maluku Satu Media
Benor FM: Radio Komunitas Orang Rimba – Warsi
Keberagaman dan Kesetaraan Tanpa Batas – Lembaga Bhinneka
Border Blogger Movement – Borneo Blogger Community
Tidak Bermula dan Tidak Berakhir dengan Berita – Ucu Agustin
Hpku temanbelajarku – Gerakan 1000guru (Kediri)
Human Rights Blogger Award – IMDLN
Ibu Rumah Tangga Pedesaan Melek Media untuk Peningkatan Partisipasi Perempuan dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi – Jaringan Radio Komunitas Lampung
Media Online : Akselerasi Mewujudkan Inklusi – Kartunet
Lentera Timur.com: Menyigi Identitas Indonesia – Perkumpulan Lentera Timur
Media Komunitas 160 Karakter – Media Komunitas Angkringan
Next Generation: Media Watch and Literacy – M. Iqbal Tawakkal
Follow up penelitian persepsi wartawan terhadap Islam – Yayasan Pantau
Pengembangan Skema Pendanaan dan Strategi Mobilisasi Sumber Daya untuk Keberlanjutan Media komunitas di Indonesia – PIRAC
Radio Buruh Perempuan; Dari Perempuan Buruh untuk Kesetaraan – Forum Buruh Lintas Pabrik
Indonesia Street Art Database – Respecta Street Art Gallery
Video Perdamaian – Perkumpulan 6211
Semoga ide – ide besar dari teman – teman semua dapat membawa perubahan bagi Indonesia ke arah yang lebih baik
Assalamualaikum.. Mas Anggara, kami amat berterima kasih untuk masukan2nya. Mohon bimbingannya mas terutama arahan2nya agar kami fokus mencapai tujuan kami. Jujur, kami masih perlu banyak belajar. Boleh ya mas kalo kami tanya2 via twitter atau email 🙂
terima kasih mas anggara atas sumbangan dan komitmennya sebagai tim seleksi akhir cipta media bersama. Pemikiran dan perspektifmu sangat berharga. Karena mas anggara selalu ngomong yang bijaksana, suka tidak suka, muka anda kami sering-sering munculkan di publikasi cipta media bersama!
Benar2 pilihan yang sulit atpi harus dijalankan secara profesional ya pak..
Dan saya rasa anda sukses besar menjalankannya..
btw, salam kenal..