Menghidupkan Pariwisata Sungai di Palembang
Terus terang aku belum pernah menjelajahi Sumatera Selatan, satu – satunya tempat yang pernah aku kunjungi ya cuma Palembang. Dalam setiap kunjungan, aku selalu menyempatkan diri dengan berkeliling kota untuk menikmati keindahan kota. Setiap kota selalu ada aura yang sangat unik dan terpancar yang sayang pada umumnya tidaklah ditata dan dikelola dengan rapi. Sebabnya kenapa, akupun nggak terlampau tahu, tapi bisa jadi karena pertumbuhan kota yang seringkali tidak cukup teratur menjadi penyebab utama dari sulitnya menata dan mengelola kota. Pariwisata adalah salah satu daya tarik investasi yang bisa menjadi penopang dari pertumbuhan sebuah kota, tanpa visi dan pengelolaan yang baik, tentu pariwisata di sebuah kota akan dikelola dengan ala kadarnya, maksudnya ya sekedar ada
Di Palembang sendiri, salah satu daya tarik utama menurutku ya Jembatan Ampera dan Sungai Musinya itu. Jembatan Ampera adalah maskot dan simbol Kota Palembang. Tak hanya itu, jembatan yang memiliki berat 944 ton, panjang 1.117 m (bagian tengah 71,90 m), lebar 22 m, tinggi 11,5 m dari permukaan air dengan tinggi menara 63 m dari permukaan tanah ini, juga menjadi salah satu lokasi menarik yang kerap dikunjungi pendatang untuk bernostalgia dengan sejarah. Sementara Sungai Musi dengan panjang 750 km membelah Kota Palembang Seberang Ilir dan Seberang Ulu. Dengan potensi yang besar itu, tentu mestinya keberadaan dua ikon ini akan membawa imajinasi kita ke dalam kemegahan kota Palembang yang elok ini
Namun sayang pengembangan pariwisata di Palembang justru tidak berorientasi kepada Jembatan Ampera dan Sungai Musinya itu. Padahal itulah ikon dari kota Palembang yang sebenarnya, jika dikelola dengan baik, akan mampu menarik lebih banyak wisatawan yang berkunjung di Kota Palembang ini. Misalnya begini, di malam hari lampu yang sangat terang ya cuma ada di Jembatan Ampera dan Restoran Riverside itu,sementara Benteng Kuto Besak dan juga ruang publik terbatas di sebelah Restoran Riverside itu malah gelap dan sama sekali tidak ada pencahayaan yang menarik. Bisa jadi juga Benteng Kuto Besak itu ada lampu – lampu yang hidup pada waktu – waktu tertentu, tapi yang jelas, saat saya berkunjung kesana, yang ada malah kesan gelap. Maklum juga kenapa begitu, lah Benteng itu sekarang di gunakan oleh Tentara.
Tapi gini, ini sekedar usulan saja untuk Dinas Pariwisata di Sumatera Selatan. Mestinya ada perombakan tata ruang di sepanjang Sungai Musi, minimal yang melintasi Kota Palembang deh. Ada beberapa jalan untuk mengubah dan mengelola Pariwisata di Palembang ini.
- Membuat jalur pedestrian. Jika ada jalur pejalan kaki yang cukup lebar di sepanjang Sungai Musi dengan penerangan pada malam hari yang cukup, maka akan tercipta ruang publik yang sangat luas di sepanjang sungai musi tersebut. Dengan adanya ruang publik itu maka ada interaksi antar warga kota yang jauh lebih humanis. Tentu harus diatur di mana ada food stall dan food court dan mungkin beberapa lapangan kecil untuk teman bermain anak – anak sementara orang tuanya dapat duduk menunggu di tepian sungai sambil menikmati pemandangan sungai musi.
- Menghidupkan dermaga – dermaga kecil, mungkin seperti water way (Transmusi versi sungai) yang dikelola oleh Pemerintah, saya pikir perlu ada dermaga – dermaga kecil dengan kenyamanan yang cukup, sehingga jika ada wisatawan yang hendak menikmati keindahan sungai musi dapat naik dalam kapal wisata tersebut. Yang jelas, jangan bikin kesalahan yang sama dengan tidak mengintegrasikan Transmusi versi Busnya dengan versi kapal
- Sebaiknya gedung – gedung pemerintah mulai di relokasi di sepanjang sungai musi, sehingga pada malam hari lampu – lampu yang memancar dari gedung – gedung pemerintah itu bisa menghidupkan suasana minimal di malam hari. Paling gampang kantor Gubernur Sumatera Selatan mestinya berlokasi di tepi sungai Musi kan ya atau bisa juga Perpusatakaan Daerah di taruh di tepi sungai musi. Kan menyenangkan membaca buku sambil duduk – duduk menikmati pemandangan sungai
- Usulan lain, ya Kodam Sriwijaya itu pindah saja, cari lokasi baru, sehingga Benteng Kuto Besak bisa dikelola dengan lebih baik untuk tujuan pariwisata
Tentu kalangan swasta yang mendukung pengembangan sektor pariwisata juga bisa di ajak dalam untuk lebih menghidupkan pariwisata di Palembang, namun jangan sampai industri pariwisata malah merebut ruang publik yang ada. Misalnya gini, jangan sampai ada hotel yang malah persis berdiri di tepi Sungai, sehingga malah menghalangi akses masyarakat menuju ruang – ruang terbuka.
Dengan demikian aku sangat yakin jika pariwisata di kota Palembang bisa lebih hidup. Selain itu juga dengan membuka ruang publik di sepanjang Sungai Musi, minimal di Palembang, secara tidak langsung akan mengajak keterlibatan aktif warga kota untuk menjaga keindahan kota Palembang dan juga kebersihan sungai musi.
Nah, kan sekali tepuk, dua tiga tujuan bisa di dapat mestinya.
Gambar di ambil dari sini
emang indah itu tempat,
wahhh,, harus dilayakkan dan dihidupkan kembali aset bangsa seperti itu om,, 😀
wah, jadi pingin jalan-jalan.
tapi kapan?
pekerjaan gak abis2
saya jadi pengen kesana,. .. pasti banyak warung padangnya
Usulan bagus itu Pak