Mau Sex Yang Aman? Jangan Lupa Pakai Kondom!
Kemarin saya dapat taut berita dari twitter mengenai kampanye penggunaan Kondom disini. Salah satu titik perhatian tertinggi adalah meningkatnya jumlah penderita AIDS di Indonesia. Dalam berita ini disampaikan bahwa “Indonesia’s Aids epidemic is among the fastest-growing in Asia. From small pockets at the turn of the century it has spread to all parts of the country. At just under 0.2 percent the infection rate is still low compared to parts of Africa. But new infections have tripled in the last six years, and alarmingly, risky sexual behaviour has taken over from intravenous drug use as the main route for its spread. In the words of the plain-speaking new health minister Dr Nafsiah Mboi, the epidemic is driven by “the four Ms: macho men with money and mobility”.”
Mengerikan ya, pertumbuhan yang sungguh cepat ini juga bisa didorong karena sulitnya mengontrol dan mengawasi tempat – tempat prostitusi. Sepanjang ingatan saya, tak ada tempat prostitusi resmi di Indonesia, namun menemukannya sangat mudah sekali. Dari yang terdapat di terminal – terminal bis dan stasiun hingga tempat – tempat tertentu yang mudah dikenali oleh umum atau telah menjadi rahasia umum. Namun ya sekali lagi, tempat itu bukanlah tempat prostitusi resmi, namun tempat prostitusi yang berkedok entah apapun itu.
Kemarin sih, waktu ke Jayapura di dekat Sentani ada yang menarik, ada tulisan dengan papan besar yang bertuliskan “Daerah Wajib Kondom”. Besar kemungkinan, meski tak disebutkan dengan jelas, tempat itu adalah tempat prostitusi yang ada di kawasan Jayapura. Entah soal resminya ya.
Tapi di negara ini memang agak – agak ajaib, dengan pertumbuhan jumlah penderita AIDS yang tinggi, kampanye penggunaan kondom malah ditentang keras, sampai – sampai Menteri Kesehatan memerlukan klarifikasi soal kondom. Saya pikir wajar saja, ketika Menteri Kesehatan mengetahui tingginya penderita AIDS kemudian ia mempromosikan penggunaan kondom terutama untuk kelompok seks yang beresiko dan juga mencegah aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan pada anak – anak remaja.
Tanpa ada kawasan prostitusi resmi yang dapat dikontrol dan diawasi oleh pemerintah, maka jalan keluarnya memang mempromosikan seks yang aman, misalnya tidak berganti – ganti pasangan atau penggunaan kondom tadi. Mau gimana lagi, masak ya mau model grebek – grebekan, toh tetap aja akan ada jalan untuk mensiasati dan menyalurkan hasrat paling alami dari manusia ini.
Soal aborsi di kalangan anak – anak remaja? Ya itu soal lagi, anak – anak sekarang tumbuh cepat, kadang menurut saya juga susah diawasinya. Lah, kalau pacaran dan tiba – tiba “kesambet” ya susah juga. Namanya juga anak – anak yang kadang nggak berpikir panjang. Kalau sudah hamil, jalan keluarnya kalau nggak nikah ya di aborsi. Namun kedua jalan ini malah juga rumit di beberapa situasi karena stigma sosial yang akan melekat, selain itu aborsi yang dilakukan bisa jadi aborsi yang beresiko tinggi yang bisa membawa kematian. Nah repotkan?
Belum lagi soal kalau hamil dan ngomong ke orangtua mereka, ya kalau yang orangtua perempuan bisa nerima dengan lapang dada, nah kalau nggak ujung – ujungnya dilaporin pidana karena pencabulan. Padahal akar pokoknya adalah soal pacaran yang “sedikit” kelewat batas aja.
Nah, kalau sudah gini gimana, selain kampanye seks sebelum kawin harus digalakkan, menurut saya kampanye seks yang aman juga penting yaitu gunakan kondom. Nah, apa mau dianggap melegalkan zina? Kalau saya berpikir tentang rasio untung rugi saja, mana yang lebih menguntungkan apa kampanye sex yang aman atau tutup mata dan seolah – olah tak terjadi apapun di negeri ini. Atau mungkin lebih baik bilang “Do it with your own risk?”