Kompetitor
Siang ini tiba – tiba saya ketemu teman lama, ya nggak dibilang lama juga, tapi relatif jarang ketemu. Apalagi saya tahu, kesibukannya meningkat selepas pindah ke kantor baru. Sambil menikmati perjalanan naik Commuter Line saya, seperti biasa, selalu promosikan jakartabytrain.com hehehehehe.
Saat sedang ngobrol begitu, teman saya ini tiba-tiba nyeletuk, apa saya nggak kuatir apa yang saya lakukan akan ditiru orang lain? Saya cuma tersenyum saja mendengar pertanyaannya. Lalu saya tanya kenapa memangnya? Teman saya inipun bercerita kalau di kantornya dia bikin ide acara, dan ide acara tersebut dibikin dengan mengundang beberapa partner kerja. Iapun menyambung kalau setelah matang berdiskusi, mereka lalu bikin semacam perjanjian kerjasama untuk membuat sukses eventnya. Terus masalahnya dimana? Bukannya bagus itu tanya saya lagi. Ternyata salah satu partner kerjanya malah nggak taat perjanjian kerjasama yang telah dibikin itu, menurut teman saya ini, mungkin karena kantornya bukanlah perusahaan yang berskala nasional, sehingga partner kerjasama itu seperti enggak untuk membahas dan bahkan datang ke event yang dibuat bareng itu.
Lalu? Saya bertanya setengah menyelidik kepadanya. Ia melanjutkan sebenarnya teman saya ini nggak keberatan kalau partnernya itu malah “mengingkari kerjasama”, namun entah kenapa partnernya itu malah nggandeng perusahaan lain dengan konsep event yg hampir mirip. Ia merasa bahwa partnernya itu memandang perusahaannya sebagai kompetitor bukan partner.
Saya cuma bisa tersenyum mendengar curcolannya. Dan saya tanya juga ke teman saya ini, apa kamu takut? Iapun menjawab dengan tatapan kosong, sebenarnya sih nggak, tapi dia kesal sekali karena partnernya itu malah mengingkari apa yang diucapkan dan dituliskan dan malah bikin acara baru yang secara konseptual mirip. Ia sendiri mengaku ke saya kalau ia tak pernah peduli dengan urusan seperti itu, tapi dia hanya menyesalkan partnernya yang malah seperti lari dari tanggung jawab
Saya hanya tersenyum mendengarnya, ya begitulah dunia, ada ide baru dan segar selalu akan ada para penginthil yang akan melakukan ATM (amati, tiru, dan modifikasi) tapi ya, memang cara-cara yang lepas antara ucap dan laku sebaiknya dihindari. Saya hanya bisa kasih saran, sebaiknya jadikan saja cermin agar kita tak berlaku serupa, lagipula orang akan dilihat dari integritasnya antara lain dari kesesuaian antara laku dan ucap.
Kamipun berpisah, karena ia hendak melanjurkan perjalanan ke Jatinegara, sementara saya memilih melanjutkan jalan2 saya ke tiap stasiun sambil merenung dan diam serta memandangi rumah-rumah penduduk yang ada di sepanjang jalur Commuter Line. Karena sayapun tak akan peduli dengan urusan seperti itu, lebih baik diam dan berharap semoga saya tak pernah melakukan hal yang sama